"Oh, Allah." Zharif memegangi kepalanya yang terasa sakit. Wanita di sampingnya ini sukses buatnya sakit kepala dengan segala rentetan kalimat yang menurutnya sangat menyebalkan itu. Diliriknya Almira yang tampak sibuk berbincang dengan kedua orang tuanya. Pria itu mendengus, merasa tidak terbantu di sini. "Adikku yang manis dan tampan, kenapa kamu merengut begitu, hm? Tidak rindu pada kakakmu ini, hm?" "Sama sekali tidak." "Aaa, aku juga merindukanmu, adikku sayang!" Wanita itu memeluk Zharif dengan erat. Tak sedikit ia layangkan cubitan kecil di kedua pipi pria itu. Ini yang membuat Zharif benci dan tidak ingin bertemu dengan wanita itu. Di hadapan wanita itu, ia seperti anak kecil seumuran Rayya. "Kak! Berhentilah! Aku sudah besar, bahkan sudah beristri dan mempunyai satu anak! Ber