Hujan turun perlahan di atas atap rumah keluarga Mahardika. Butiran air menetes di kaca jendela, menciptakan suara lembut yang justru terasa seperti ejekan bagi hati Rania. Di balik tirai kamarnya, ia menatap ke luar, melihat keramaian dari jauh. Dari tempatnya terkurung, ia bisa mendengar samar musik lembut, tepuk tangan, dan suara tawa yang mengisi udara sore itu. Hari ini adalah hari pernikahan Gibran dan Nayla. Hari di mana dunia resmi berpihak pada mereka dan menyingkirkan Rania dari panggung kehidupan. Meski ini adalah pilihan Gibran demi dirinya, tetap saja, Rania merasa hal ini tidak adil. Namun, dia tidak bisa membenci pria itu. Cintanya terlalu dalam. Bahkan, tanpa diminta, dia masih menyisakan pintu maaf dan kesempatan andai Gibran kembali serta memintanya untuk bersama lagi.

