Sadar jika saat ini mereka menjadi pusat perhatian banyak orang, Bella pun bergegas menutup mulut sahabatnya itu.
"Jessi, kamu 'kan sudah janji tadi nggak bakalan syok. Tapi, kenapa kamu malah teriak seperti itu? Lihat, sekarang semua orang ngeliatin kita!" ujar Bella sambil mengeratkan giginya.
"Hmpt …." Jessica meminta untuk dilepaskan.
Bella pun segera melepaskan bungkamannya itu, lalu terlihat Jessica yang cengengesan. "Maaf, aku 'kan kelepasan," ujarnya lirih, lalu menatap di sekeliling. "Maaf ya, sudah membuat kehebohan," ucapnya sembari tersenyum wajar.
Para pengunjung kafe itu pun membalas senyumannya dan melanjutkan aktivitas masing-masing. Setelah itu, Jessica kembali menatap ke arah Bella dengan tatapan tajam. "Ini serius, kamu dan pacar tua kamu itu sudah menikah? Tapi, kenapa kamu baru ngabarin aku sekarang? Kapan?" tanyanya penasaran.
Bella merasa terpojok dan menjawab, "Baru kemarin, Jes. Dan ini 'kan, aku sudah cerita sama kamu."
"What? Kemarin, dan kamu baru bilang sekarang? Benar-benar menyebalkan! Kamu itu menganggap aku sahabat atau bukan sih, Bel?" Jessica memasang wajah cemberut, lalu ia pun menyilangkan tangannya dan diletakkan di atas d**a, membuang muka karena merasa kesal.
"Aduh, Beb, jangan marah dong. Sebenarnya ada masalah yang lebih besar lagi yang ingin aku ceritakan selain pernikahan ini. Dan aku sama sekali nggak bermaksud untuk merahasiakannya kok," ujar Bella, mencoba menenangkan sahabatnya itu.
"Nggak bermaksud? Jadi apa namanya?" tukas Jessica sambil menatap tajam.
"Ya, karena pernikahan ini hanya pernikahan siri. Sama sekali nggak ada satupun tamu undangan, bahkan keluarga Mas Leon juga nggak ada dan dari pihak keluarga aku cuma kedua orang tua aku saja, papa dan Mama Yuna," ungkap Bella apa adanya.
Jessica yang tadi merasa kesal, kini menjadi prihatin. Ia ingin tahu lebih lanjut tentang hubungan Bella dan Leon yang terbilang miris itu. Ia membuang rasa kesalnya dan berusaha untuk menjadi pendengar yang baik bagi sahabatnya yang sedang bersedih.
"Oke, jadi sekarang kamu harus cerita," desak Jessica.
"Iya, oke, aku akan ceritakan semuanya. Tapi janji, jangan sampai teriak seperti tadi. Aku nggak mau kita menjadi pusat perhatian orang lain lagi, karena hal ini benar-benar sangat rahasia," ucap Bella dengan serius.
Jessica tak menjawab, namun ia memberi isyarat dengan jarinya, seolah mengunci mulutnya dan menganggukkan kepala. Lalu, Bella pun mulai menceritakan kisah pernikahannya dengan Leon, mulai dari penyebab pernikahan mereka yang tersembunyi, hingga ia mengetahui bahwa Leon ternyata telah memiliki istri dan kisah perselingkuhan yang melibatkan istri pertama Leon itu.
Jessica mendengarkan dengan seksama, rasa kaget dan tak percaya jelas terlihat di wajahnya. "Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi sama kamu, Bel?" gumam Jessica.
Bella hanya bisa menghela napas panjang, entah harus menangis atau marah, perasaan campur aduk seakan tak mampu terbendung lagi.
Bella merenung sejenak dan mulai berbicara kembali, "Jes, apa kamu tahu, aku awalnya benar-benar syok dan nggak percaya. Aku bisa merasakan kalau Mas Leon sayang banget sama aku, tapi aku nggak menyangka ternyata selama ini dia sudah bohong sama aku. Bisa-bisanya dia menikahi aku, tapi tetap merahasiakan istri pertamanya." Ia berbicara dengan nada sedikit frustasi.
Mendengar cerita Bella, Jessica merasa perih. Tak mampu lagi untuk menyembunyikan kekhawatiran yang memenuhi pikirannya. "Ini benar-benar gila sih, Bel. Dalam waktu dua hari saja, kamu mengalami banyak hal yang luar biasa. Tapi, yang aku nggak habis pikir, kenapa kamu hanya diam saja? Apa karena Pak Leon itu tajir melintir, jadi kamu nggak mau kehilangan sumber uangmu? Tapi tetap saja, kamu harus memikirkan masa depanmu, Bel," ujarnya.
Mendengar itu, Bella langsung mengetuk jidat Jessica, membuat sahabatnya itu merasa kesakitan.
"Awh, sakit, Bella," rintih Jessica.
"Pikiranmu itu ya, Jes. Sekarang masalahnya bukan karena superhero aku itu tajir, tapi ada hal lain yang sulit untuk dijelaskan. Yang pasti, aku mau jadi yang pertama, walaupun dia punya istri selain aku," ungkap Bella dengan penuh semangat.
"Gimana caranya, Bel? Apa kamu mau memanfaatkan keadaan karena ternyata istrinya suami tuamu itu juga berselingkuh? Kamu mau membongkarnya, terus istri tua diusir dan istri muda menjadi pemenangnya," ujar Jessica.
Bella menghela napas panjang. "Kebanyakan nonton sinetron, kamu. Kamu ini benar-benar ngeselin ya, Jes. Sudah aku bilang, jangan menyebut suamiku itu tua. Dia masih muda, baru 30-an," ucapnya dengan wajah manyun.
"Iya, iya, sorry deh. Jadi, kamu punya rencana apa?" tanya Jessica penasaran.
Bella tak langsung menjawab, namun ia mengerlingkan kedua matanya, memberikan isyarat pada Jessica tentang rencananya. Jessica pun tersenyum penuh pengertian, siap mendukung sahabatnya itu sepenuh hati.
"Bel, aku janji akan selalu ada untuk kamu. Kita akan mencari jalan keluar bersama. Ini mungkin akan sulit, tapi kita harus kuat demi masa depan yang lebih baik, bukan?" Jessica mencoba memberikan semangat kepada Bella, meskipun ia sendiri masih belum bisa merasakan kedamaian dalam benaknya.
"Makasih ya, Beb," ucap Bella, merasa beruntung memiliki sahabat seperti Jessica yang selalu ada untuknya.
***
Saat ini, Leon berada di apartemennya dalam keadaan khawatir dan kebingungan karena tidak bisa menemukan keberadaan Bella. Ia telah mencari di setiap sudut ruangan, juga menghubungi istrinya beberapa kali, tetapi sama sekali tidak ada jawaban. Hatinya berkecamuk, merasa takut dan cemas.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Bella tidak ada di sini? Apa dia baik-baik saja? Kenapa dia tidak menjawab teleponku?" gumam Leon dalam hati, resah, diiringi berbagai pertanyaan yang muncul dalam benaknya.
Di saat yang mendesak, Leon memutuskan untuk keluar mencari Bella. Namun setelah membuka pintu, terlihat istri kecilnya itu yang baru saja pulang. Rasa lega dan kesal bercampur aduk dalam hati Leon. Dalam sekejap, ia menarik tangan istrinya, membuat Bella kebingungan.
"Duh, Mas Leon, kenapa kamu main tarik-tarik tangan aku sih?" keluh Bella.
Namun, Leon tak menjawab. Mereka pun segera masuk ke dalam apartemen dan Leon menutup pintu dengan rapat.
"Kamu itu dari mana saja sih, Sayang? Aku dari tadi mencari kamu. Aku telepon berulang kali, tapi kamu nggak jawab sama sekali. Kamu itu benar-benar buat aku khawatir, tahu nggak?" ucap Leon dengan sedikit emosi, mengungkapkan perasaan bercampur aduk yang menghantui hatinya.
Namun, Bella malah menanggapi dengan senyuman miring dan pikiran yang liar. "Bagus, aku memang sengaja nggak jawab telepon kamu, Mas. Aku mau tahu seberapa besar cinta kamu untuk aku. Tapi, aku tetap nggak bisa percaya, karena kamu sudah punya istri. Kamu sudah membohongi aku selama ini," ucapnya dalam hati.
"Sayang, kamu jawab pertanyaan aku, kamu itu dari mana saja? Kamu juga keluar nggak bilang sama aku," ucap Leon yang menyadarkan Bella dari lamunannya.
"Iya, Mas, aku minta maaf. Tadi aku ketemu sama Jessica. Mumpung hari ini aku cuti dan Jessica juga nggak kerja, jadi aku ajak dia ketemuan," ucap Bella.
Leon merasa lega mendengarnya. "Oh, sahabat kamu itu? Apa dia sudah tahu kalau kita sudah menikah? Kenapa waktu itu kamu nggak undang dia?" tanyanya.
"Ya, karena kita 'kan memang sepakat nggak mengundang siapa-siapa, Mas. Jadi nggak perlu, lah. Nanti saja, kalau memang pernikahan kita kembali digelar, baru deh aku undang semuanya. Tapi, Jessi tahu kok kalau kita sudah menikah," ujar Bella, menahan perih di dalam d**a karena tahu jika pernikahan ulang itu akan mungkin pernah terjadi, mengingat dirinya hanyalah istri simpanan.
Leon mengangguk. "Oh, seperti itu." Kemudian ia mengalihkan topik pembicaraan lain, bersemangat mengutarakan, "Oh ya, Sayang, aku mau masak sesuatu untuk kamu. Untuk makan siang kita, apa kamu mau?"
"Boleh, aku juga sudah lama nggak makan masakan kamu," sahut Bella. "Tapi, ada sesuatu yang mau aku bicarakan dulu, Mas."
Leon penasaran dengan apa yang sedang ada di benak Bella. "Ada apa, Sayang?"
Tanpa ragu, Bella langsung mengutarakan keinginannya, "Aku mau jadi yang pertama dan terpenting dalam hidup kamu, Mas, di atas segalanya."
Ungkapan Bella membuat Leon tampak bingung. Dia berusaha mengerti apa yang dimaksud istrinya. "Sayang, kenapa tiba-tiba kamu bicara seperti itu? Apa sikapku terhadap kamu selama ini kurang baik?" tanyanya, tanpa menyadari kesalahan besar yang telah ia perbuat.
"Intinya, aku mau menjadi prioritas utama dalam hidupmu, Mas," tegas Bella.
Meski belum sepenuhnya mengerti, Leon berpikir mungkin istrinya itu merasa terabaikan dan kurang diperhatikan akhir-akhir ini. Mungkin karena dia yang mendadak pergi di malam pengantin mereka dan kembali meninggalkannya di pagi hari karena pekerjaan.
Leon pun merasa perlu untuk berjanji kepada Bella. "Oke, Sayang, aku minta maaf. Aku tahu kita sudah menikah dan seharusnya aku lebih perhatian sama kamu. Aku janji akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama kamu daripada pekerjaan."
Leon mencoba mendekatkan wajahnya untuk mencium istrinya. Namun, dengan cepat Bella menutup mulut suaminya itu dan bergegas berlari.
"Kejar aku, Mas, Kalau bisa," teriak Bella sambil tersenyum.
"Sayang, kamu mau ke mana? Awas ya, aku pasti akan mendapatkanmu," ucap Leon, lalu bergegas mengejar istrinya tersebut.
Bella dan Leon lantas mengekspresikan rasa cinta mereka dengan bercanda kejar-kejaran, semakin menunjukkan betapa penting mereka satu sama lain dalam kehidupan ini.
Bersambung …