Adryan menatap Anin lalu bergantian ke arah Adit yang berdiri di samping Anin. “Teman satu kantor,” jawab Anin seolah tahu isi pikiran Adryan. Anin menoleh ke arah Adit saat lelaki itu dengan percaya dirinya mengulurkan tangannya pada Adryan. “Adit,” katanya saat mereka berjabat tangan. “Adryan.” Adryan menatap Anin begitu dalam menuntut penjelasan lebih dari sekedar memperkenalkan teman kantornya ini. Adryan menaikkan alisnya menanti lanjutan kalimat Anin yang tampak bingung. “Mas, kamu mau ketemu temanmu ‘kan?” kata Anin, mengusir Adit dengan halus. Mendengar itu Adryan langsung membalikkan badan tanpa menyapa Adit. “Kita pisah di sini, ya,” bisik Anin kemudian melangkah mengejar Adryan. Belum genap langkahnya Anin tersentak saat Adit menahan tangannya. “Alih-alih mengatakan ‘pis

