Dengan Bu Sarah saja Anin sudah segan, apalagi dengan Dokter Dewa—mati kutu. Kenapa hidupnya selalu dipenuhi oleh manusia-manusia dingin? Namun, meskipun terlihat kaku, Pak Dewa sebenarnya perhatian dan penyayang. Ia begitu memanjakan istrinya. Anin sedikit teringat bagaimana ayahnya memperlakukan ibunya—bagaikan seorang ratu. Senyum Anin perlahan memudar saat bayangan Lukas kembali menari di benaknya. Bagaimana lelaki itu pernah memperlakukannya, memanjakannya …. Ah, selalu saja membanding sesiapa saja pada lelakinya. “Anin pesan itu saja?” tanya Bu Sarah setelah menyebutkan pesanan mereka pada pelayan. Anin mengangguk. Pelayan kemudian membacakan ulang pesanan mereka. “Dessert-nya nggak, Pak, Bu? Kami punya molten chocolate cake, best seller kita—” “Tidak—” “Tidak,” jawab Anin dan P

