Lukas terus menatap layar ponselnya, memandangi foto oven yang sedang memanggang sesuatu. Senyum tipis tak kunjung hilang dari wajahnya. Rasanya ingin segera pulang. Hatinya membaik setelah tanpa sengaja bertemu ayahnya di depan G Coffee tadi. Pria paruh baya itu tampak sumringah, seolah tak ada apa-apa yang terjadi sebelumnya, mungkin karena ia sedang bersama temannya. Tidak ada percakapan panjang. Lukas hanya menyapa sopan lalu segera berpamitan, tidak ingin berlama-lama. Sementara itu, di homestay, Anin sibuk memotret hasil masakannya dari berbagai sudut. Ia memastikan setiap sisi terlihat menarik. Bibi Tumi yang mengawasinya, terkekeh geli. “Jangan ketawain, dong, Bik. Saya lagi senang, nih,” ujar Anin sambil tersenyum lebar. Ia merasa puas karena masakannya kali ini berhasil dalam