Bab 89 : Permintaan Lukas

1136 Kata

“Bena… tolong, Anin.” Suara Lukas nyaris putus di ujung napasnya. Jemarinya gemetar, tak tahu harus menggenggam apa selain rasa panik yang mencengkeram dadanya. “Anin sedang ditangani dokter terbaik, Bang.” Bena mencoba menenangkan, meminta Lukas menunggu—duduk di kursi tunggu. Tapi mana bisa Lukas tenang. Dunia seakan berhenti. Jika sesuatu terjadi pada Anin, ia tak akan pernah memaafkan diri sendiri. Bena mengangguk meminta Lukas menurutinya. Lukas akhirnya duduk, mengembuskan napas berat dan mengusap wajahnya dengan kasar. Di sudut lain, Adit terduduk lesu di bangku, matanya kosong, tubuhnya nyaris tak bernyawa karena rasa bersalah yang mencekik. Saat tirai ruang IGD bergerak dan dokter keluar, Bena spontan menyentuh bahu Lukas. Lukas berdiri seketika. “Bagaimana, Dok?!” tanyanya

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN