Anin tidak percaya akan kembali menapakkan kaki ke kota ini. Kota ini juga pernah menjadi pelariannya. Anin tertawa sendiri mengingat dirinya yang pernah segalau itu hanya demi seorang lelaki yang baru dia kenal. Namun, siapa sangka lelaki itu adalah orang yang dia inginkan dalam hidupnya selama ini. Langkahnya ringan menuju ke arah gerbang kaca terbuka, matanya membulat sempurna melihat seorang lelaki melambaikan tangan ke arahnya. “Kok kamu yang jemput? Bukannya baru akan tiba besok pagi, Yang?” tanya Anin terkejut melihat Lukas berdiri di hadapannya membawa sebuket bunga untuk kesayangannya. “Mas Adryan mana?” tanya Anin celingukan ke sana-sini. “Sedihnya …. Aku kira kamu bakalan lari, peluk, dan cium aku saking bahagianya di jemput,” rajuk Lukas. Anin menahan tawanya. Jujur saja ba

