"Pak Jaya nakal, Mbak?" Rea hampir tersedak angin. "Maaf? Saya sudah punya pasangan, Pak." Julian manggut-manggut, dia ulas senyum tipis, kemudian melenggang melewati Rea yang berdebar-debar sebab merasa ... ketahuankah? Sampai akhirnya sosok itu masuk ruangan, Rea cepat-cepat duduk di tempatnya. Meraih cermin di meja—alamak! Rea praktis mendelik. Ada sedikit lipstik yang geser. Duh! Semoga tidak disalahpahami. Semoga mata putra Jayakarsa tidak jeli. Harusnya kalau cuma segini ... aman, kan? Ah, lagi pula kenapa ciuman lelaki itu sedahsyat ini, sih? Isapannya brutal, paling gemar membuat Rea kewalahan dengan gincu. Besok-besok Rea pakai lip gloss sajalah yang tidak berwarna. Sekarang Rea buru-buru. Dia berbenah. Tab dan mackbook dimasukkan sebelum akhirnya meninggalkan perusahaan.