Lampu indikator detik di monitor beralih dari kuning ke hijau. Dokter ICU mengangguk pelan. “Mulai evaluasi,” katanya tenang. “Perawat, pantau saturasi dan tekanan tiap dua menit. Siapkan kompres dingin.” Di balik kaca observasi, Arielle menggenggam tepi bingkai. Tangannya dingin, tetapi suaranya stabil saat berbisik, “Aku di sini, Al.” Matteo berdiri setengah langkah di belakangnya, memantau koridor yang steril. Reina tetap di luar garis kuning, punggung tegak, tatapan tak lepas dari angka-angka. Perawat menempelkan sensor tambahan di dahi Alvaro. Dokter mencondong, mendengarkan d**a dengan stetoskop. Ia memberi tanda jempol pada kepala perawat. “Ritme teratur. Tekanan cukup. Oksigen tetap.” Grafik naik satu poin lagi. Napas Alvaro lebih panjang, tidak lagi terseret. Dokter mencatat di