Beberapa hari setelah malam itu, Arielle kembali menghabiskan waktunya di ruang baca lantai atas. Tapi kini, bukan lagi hanya sekadar membaca sejarah organisasi. Matanya seringkali melirik ke arah lemari besi di sudut ruangan. Brankas itu selama ini hanya disentuh Alvaro. Ia mulai mengingat gerak-gerik suaminya setiap kali membuka kunci. Urutan angka, jumlah putaran kenop, cara Alvaro mengetuk pelat logam sebelum menarik tuas.
Arielle tidak terburu-buru. Ia memperhatikan berhari-hari. Bahkan berpura-pura membaca ketika sesungguhnya ia menghitung tekanan jari Alvaro.
Sampai pada suatu malam, kesempatan itu datang.
Alvaro pulang larut dan langsung tertidur setelah melepas jas dan membenamkan diri di balik selimut. Arielle bangkit pelan dari ranjang, memastikan suaminya benar-benar terlela
