Arielle tidak sempat bernapas panjang saat bibir Alvaro menyusuri rahangnya. Napasnya terhenti di tenggorokan, berubah menjadi lengkungan punggung saat pria itu mencium lehernya perlahan, menyusuri kulitnya yang mulai panas dan sensitif. Ia memejamkan mata, merasakan kelembutan yang justru lebih menyiksa daripada agresi. "Aku tidak tahan melihatmu begini," suara Alvaro dalam dan parau, nyaris seperti erangan yang tertahan. "Kau tahu betul apa yang bisa kau buat pada tubuhku hanya dengan satu kalimat." Arielle tidak bisa menjawab. Bibirnya terbuka, napasnya berat, tubuhnya memanas dari dalam seperti bara yang tersulut. Ia mencengkeram lengan Alvaro saat pria itu menekan bibirnya ke bagian sensitif di bawah telinganya, membuatnya menggeliat tanpa sadar. Satu desahan meluncur dari bibir Ar