“Apa dia tidak akan kembali malam ini juga?” tanya Arielle pelan saat pelayan membawakan sarapan pagi ke dalam kamar.
Pelayan wanita itu menunduk hormat. “Tuan Alvaro berangkat dini hari ke pertemuan klan. Beliau menitip pesan bahwa beliau akan kembali dalam dua hari.”
Dua hari.
Arielle menatap kosong ke arah jendela vila yang diselimuti kabut tipis hutan pagi. Vila itu terlalu tenang, terlalu senyap. Sunyi yang biasanya menenangkan, kini terasa seperti jerat.
Dia duduk di tepi ranjang, hanya mengenakan gaun tidur tipis yang sebelumnya dikirimkan Alvaro. Semua pakaian yang dikirim ke vila seolah memang sengaja dipilih untuk satu tujuan: menggoda. Tidak ada satu pun celana panjang, tidak ada pakaian dalam yang benar-benar “tertutup”. Dan anehnya, Arielle tidak menolak. Seolah tubuhnya s
