Hujan menindih atap mansion seperti barisan drum. Di ruang kerja, peta kota terbentang di dinding. Tiga pin merah menandai wilayah jaringannya Lucia. Klub bawah tanah Raven, apartemen tua di distrik barat, dan vila tepi danau yang tadi menjadi tempat pertemuan. Alvaro berdiri di depan peta, jemari mengetuk pelan meja mahoni. Matteo menunggu di sisi kiri, mengenakan rompi gelap tanpa lambang. “Mulai dari Raven,” kata Alvaro. “Kita mampatkan nadi mereka dulu. Semua yang bernafas di sana turun. Lucia harus mendengar deritannya sendiri.” Matteo mengangguk. “Tim Alfa masuk dari dapur. Tim Bravo dari tangga servis. Tim Charlie jaga jalur keluar belakang. Kita matikan listrik lima detik sebelum pintu dibuka.” Alvaro memandang jam. “Kita jalan sekarang.” Lorong depan dipenuhi langkah-langkah s