Arielle duduk di balkon kamar sambil menyisir rambutnya pelan. Wajahnya menatap ke kejauhan, tapi pikirannya berkelana ke tempat lain. Semalaman ia tidak tidur. Liontin tua yang ia temukan masih tersembunyi dalam saku gaunnya, seolah menyimpan lebih dari sekadar logam dan kenangan. Ia bisa merasakan tubuhnya mulai terbelah dua, antara dirinya yang ia kenal dan bagian lain yang seakan bangkit dari dalam darahnya sendiri. Langkah kaki terdengar dari dalam kamar. Ia menoleh, melihat Alvaro masuk dengan ekspresi tenang. Kemeja putihnya tergulung di lengan, rambutnya belum tertata, namun ia tetap membawa aura otoritas yang tak bisa disembunyikan. Tanpa berkata apa-apa, Alvaro menarik kursi di sampingnya dan duduk. Sambil meminum kopi yang sudah disiapkan, ia berbicara, “Aku ingin bicara tenta