Arielle berjalan cepat ke kamar, dengan langkah tergesa dan napas yang tak beraturan. Matanya masih memutar ulang adegan yang dilihatnya tadi — ciuman antara Reina dan Alvaro. Meski tahu seharusnya ia tak merasa apa-apa, tapi perih itu nyata. Saat jemarinya menyentuh gagang pintu kamar, tiba-tiba tangan hangat mencengkeram pergelangan tangannya dari belakang. “Sedang apa, El?” Suara berat Alvaro terdengar sangat dekat. Tenang. Santai. Namun mencengkeram dalam diam. Arielle menoleh perlahan. “A-aku… hanya ingin istirahat.” Suaranya kecil, nyaris seperti bisikan. Alvaro menaikkan sebelah alis. “Sebelum tidur, bukankah seharusnya kau menyapa tamu suamimu?” Arielle tersenyum canggung, tubuhnya tegang. “Tadi aku hanya lewat.” “Hmm,” Alvaro mendekat, menatapnya lekat-lekat. “Tapi matamu bi