Pintu markas terbuka. Matteo berdiri menyambut, napasnya terburu, ekspresinya tegang. Alvaro masuk dengan langkah mantap, mengenakan kemeja hitam yang hanya dikancingkan sebagian. Kerahnya terbuka, rambutnya masih sedikit lembap, dan sorot matanya tajam seperti biasa. Matteo menyodorkan dokumen. "Ini informasi terbaru yang kami temukan tentang klan Seraphine. Ada satu nama yang mungkin—" Alvaro mengangkat tangan, menghentikan. "Kalau aku sedang di rumah, pastikan kau tahu waktu untuk menghubungi." Matteo terdiam. Tanpa banyak gerak, Alvaro menatap langsung ke matanya. "Panggilanmu tadi mengganggu sesuatu yang tidak seharusnya diganggu." Matteo menelan ludah. "Maaf, Tuan. Saya pikir ini penting." "Penting bisa menunggu satu jam. Kau tahu betul aku tidak suka diburu seperti bocah t