Arielle menekuk tubuhnya, rasa mual menyerang hebat. Ia buru-buru berlari ke kamar mandi, menggenggam wastafel erat sebelum akhirnya muntah. Tubuhnya gemetar, napasnya sesak. Pintu kamar terbuka dengan keras. Alvaro masuk dengan wajah panik, napasnya memburu. "Arielle," panggilnya, langsung bergegas menuju kamar mandi. "Kau kenapa? Hei, lihat aku. Kau baik-baik saja?" Ia berjongkok di samping Arielle, tangannya terulur hendak menyentuh bahu wanita itu. Tapi Arielle hanya menunduk, memejamkan mata, menarik napas panjang, lalu menepis pelan sentuhan Alvaro. "Aku tidak apa-apa," ucapnya datar, tanpa menatap. Tapi ekspresi wajahnya jelas bukan baik-baik saja. Wajahnya pucat, tapi sorot matanya begitu teguh. "Aku harus bicara denganmu, Al." Alvaro menelan ludah, dadanya berdegup tak karu