Hampir seteangah jam lebih aku duduk termangu sendiri. dan lama kemudian, Teh Tarsih dan Riki keluar dari kamar dengan pakaian yang sudah lengkap kembali. “Sebentar ya, aku buatkan kopi lagi,” ucap Teh Tarsih sambil tersenyum manis, aura kebahagiaan tampak terpancar dari wajahnya. Riki seperti biasa, cuek dan dingin seperti tidak terjadi apa-apa. Master mah beda. Tak lama The Tarsih sudah kembali dengan tiga cangkir kopi panasanya. Lalu dia duduk di lengan kursi yang aku duduki sambil memegang daguku dan menengadahkan wajahku hingga wajah kami bersentuhan dan dengan lembut ia mencium kedua kelopak mataku, turun ke hidung, pipi dan akhirnya bibirku ia kecup lembut. “Terima kasih kirimannya, hehehehe.” Ucapanya seraya melirik Riki yang sedang menyesap kopinya. “Hadiah yang tak terduga