Sesaat hening, seakan masing-masing sibuk dengan alur pikirannya sendiri-sendiri, termasuk Ruslan yang sejak tadi setia dan diam memberi kesempatan kepada pasangan suami istri itu untuk berkomunikasi. Panjang lebar Aspin coba menjelaskan dan memberi pengertian pada Tini. Perlahan Tini pun mulai memahami dan kembali tenang. “Jadi, sungguh…bapak tidak… ma..marah?” Tini masih sedikit ragu, dia mencoba meyakinkan dirinya. “Ya. Pasti. Sekarang, kita sudahi saja semua yang menjadi masalah itu. Sekarang kita ngobrol yang lain, kasian tuh Ruslan, kayak kambing congek didiemin aja,” ujar Aspin. Kali ini, walau dengan sedikit canggung dan malu, Tini melirik ke arah Ruslan yang hanya senyum-senyum simpul saja. “Ruslan juga tadinya ketakutan waktu bapak memanggil dia dan menyampaikan segala sesuat