Walau mungkin sangat tidak memuaskan, namun Mbak Tati masih bisa mencapai puncaknya dengan maksimal hanya dengan service tangan, jari-jemari, bibir, mulut dan lidahku. Sementara aku benar-benar tersiksa karena hanya gelora syahwat dan deburan darah birahi yang menggeledak dalam tubuh hingga nyaris meledak di ubun-ubun tanpa pelepasan dan penuntasana. Sungguh sangat menyiksa dan menyakitkan. Seusai membawa Mbak Tati menuju puncak kenikmatannya, aku kembali hanya bisa menangis. Ini benar-benar tangisan yang sama sekali tidak direkayasa. Tangisan seorang lelaki yang tak mungkin lagi menyembunyikan segala keresahan, kegaulan, kebimbangan dan ketakutan hati yang entah apa namanya. Bukan hanya bayangan kegagalan mempersunting Lia dan mengasuh serta membesarkan darah dagingku yang saat ini s