"Dia berhalangan hadir, jadi lamaran dibatalkan." Setelah berkata begitu, mengabaikan rasa malu yang mendera, aku berlari masuk ke dalam kamar, mengunci pintu dengan cepat lalu menjatuhkan tubuh ke ranjang dan terisak. Aku menenggelamkan wajah ke dalam bantal, tersengal-sengal sampai dadaku begitu sesak karena sulit bernapas. ANA! ANA! Selalu saja Ana yang dinomer satukan! Katanya gak cinta pada Ana, tapi selalu saja Ana yang nomersatukan, aku selalu nomer dua. Aku mengangkat wajah, membaca ulang pesan Mas Ferdi, rasa sakit yang sangat menyeruak ke dadaku. Sayang, maaf malam ini aku gak bisa datang ke rumahmu. Asam lambung Ana tiba-tiba saja kambuh, dia baru saja tidur, aku tidak tega meninggalkannya sendirian tanpa siapapun, takut terjadi apa-apa padanya. Kamu tahu sendiri kan dia adal