Darma tersungkur, sesaat setelah semuanya ia lepaskan, ia diam sesaat di atas tubuh Cinta, dengan peluh mengucur membasahi seluruh tubuhnya. Peluh mereka berdua kini menjadi satu. "Capek, Bang?" tanya Cinta menggoda, sambil menyeka peluh di punggung Darma. Darma membuka mata, dikecup kening Cinta. Ia beringsut turun dari tubuh Cinta. "Maaf menindih tubuhmu, dan bayi kita di dalam perutmu," kata Darma dengan wajah memerah. "Hhhh ... tadi saja bilang, jangan minta nananina ya masih siang, eeh enggak tahunya keenakan heehhh!" Cinta mencibirkan bibirnya. Darma tersenyum dengan wajah semakin merah. Ia malu karena bertindak di luar kontrol dirinya. Dan sudah membiarkan dirinya terbakar gairah yang luar biasa. "Aku pria normal, Cinta, kalau istriku menggodaku seperti tadi, mana aku bisa ta