Darma merasakan kegamangan, hatinya terasa diterpa kebimbangan. Ia ingin menyelesaikan masalah ini sesegera mungkin, tapi suara mamahnya yang penuh permohonan, menggoyahkan perasaannya. "Mamah benar, Bang, kita pergi bukan karena kita pengecut, tapi karena itu yang terbaik saat ini." Cinta menggenggam tangan Darma. "Cinta! Cinta ... tolong bujuk Darma, agar mau pergi, bujuk dia. Mamah mohon, pergilah kalian malam ini juga, karena mereka akan segera pergi ke sana sekarang. Cinta, Cinta ... Mamah mohon, bujuk Darma ya, Sayang. Cinta, maaf Mamah tutup telponnya, Papahmu memanggil, Assalamualaikum," sambungan terputus. "Walaikum salam," jawab Cinta, dan Darma sama lirihnya. Darma meletakan ponselnya di atas meja. Sementara Cinta segera mengambil tas besar miliknya, yang beberapa hari lal