"Assalamualaikum, Guna," sapa Darma. Darma berdiri di samping tempat tidur, diikuti Cinta yang berdiri di sampingnya. "Darma, kamu bersama Cinta?" "Ya, dia di sini," jawab Darma. Mata Darma menatap ke arah Cinta, Cinta meminta Darma menyalakan speakernya, agar ia bisa mendengar pembicaraan mereka. "Apa kamu lupa, kalau Cinta itu milikku? Apa kamu lupa, kalau kami saling mencintai? Kenapa kamu berani menggodanya haahh!?" "Maaf, Guna, aku tidak pernah menggodanya sama sekali, dan aku rasa dia bukan milikmu, tapi dia istriku, sah secara hukum agama, juga hukum negara," sahut Darma. "Owh ... sejak kapan kamu berani menantangku, haahh?!" "Aku tidak bermaksud menantangmu, Guna, tapi itu kebenarannya," sahut Darma dengan suara lembut. "Darma, kamu jangan lupa, kalau kamu diminta menikahi