“Apa ini makam bayiku …?” lirih Mira. Tama mengelus punggung Mira menguatkan wanita itu yang matanya mulai berkaca-kaca. Mira menatap batu nisan itu, sedetik kemudian dia mengeluarkan air mata yang dia timbun dari tadi. Masih dengan perasaan menyesal Mira menangis sejadi-jadinya, tidak peduli dengan keberadaan Tama yang berada di sampingnya, sedangkan Tama makin mendekap Mira yang hampir saja tumbang luruh ke bawah. “Jangan khawatir, aku sudah berjanji akan membalas mereka,” ujar Tama menenangkan. Tidak bermaksud mengganggu perasaan Mira yang sedang bersedih, tapi Tama harus mengatakan ini. “Kita tidak bisa berlama-lama di sini, Mir. Takutnya suamimu atau seseorang yang mengenalmu akan datang juga ke sini,” ujar Tama. “Aku sudah melihatnya, sekarang kita bisa pulang,” jawab Mira. Tam