Bima memapah Arumi ke ranjang putih di sana, suhu tubuhnya menghangat dan bibirnya masih memutih pucat, dia sangat lemah walau hanya sekedar untuk bicara. “Dokter bilang kau terlalu banyak kelelahan,” ujar Bima pelan. Arumi mengangguk sembari terus memejamkan matanya, kepalanya begitu pening. Selama kehamilan, baru kali ini Arumi mengalami hal seperti ini, sebelumnya tidak pernah. Ini semua karena ibu mertuanya yang terus saja melimpahkan semua tanggung jawab ke menantu-menantunya. “Terima kasih, Mas … kau sampai harus repot begini,” ucap Arumi terlampau pelan sampai terdengar seperti suara lirihan. “Ya,” jawab Bima seadanya. Bima masih maju mundur untuk menerima Arumi dan membiarkan Mira begitu saja, atau menceraikan Arumi dan memperjuangkan Mira. Mana yang harus dia pilih? Dia sendi