35 : Kekhawatiran Nakia

1717 Kata

Tiga hari kemudian sepeda listrik yang Radhi bicarakan sudah terparkir manis di basement apartemen. Dia memaksa Nakia ikut mencoba, dengan Radhi yang membonceng di depan. “Sekalian beli makanan buat makan malam kita, Yang,” jelasnya. “Ogah! Pergi sendiri sana! Jangan ajak-ajak aku.” “Nggak seru kalo sendiri. ‘Kan Abang mau pacaran sama kamu.” Liat senyum mesumnya itu. Ingin sekali Nakia menabok muka Radhi, lalu menjambak rambutnya sampai tercabut beberapa helai. “Siapa yang kamu sebut pacar, hah?!” “Oh iya, lupa, bukan pacar tapi istri. Maaf ya, Sayangku.” “Stop, Radhi! Itu menjijikan!” “Makanya cepetan naik, nanti keburu maghrib, lho.” Nakia tidak bergeming sama sekali. Dia justru memasang ekspresi kesal dengan kedua tangan terlipat di depan dadaa. Beberapa orang yang baru datang

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN