74 : Raden Sena Adiwira

1700 Kata

Nakia tampak cukup cantik dan segar saat Radhi datang menjenguknya. Anak mereka sudah disusui, popoknya tadi baru diganti, dan kini terlelap di box kecil di samping tempat tidur. Bunda Asha dan Ibu yang sejak pagi mendampingi serta membantu Nakia akhirnya beranjak keluar dengan penuh pengertian. Mereka seolah sengaja memberi ruang untuk dua orang tua baru itu berbincang, yakin ada banyak hal yang perlu diucapkan satu sama lain. “Kami mau ke kafetaria rumah sakit. Kalau butuh sesuatu, chat atau telepon aja.” “Iya, Bu. Makasih banyak,” jawab Nakia, yang diikuti anggukan Radhi. Begitu pintu menutup, Radhi meletakkan barang-barang yang dibawanya di meja, lalu sibuk menyusun bunga peony ke dalam vas, mengisinya dengan air. Gerak-geriknya membuat tatapan Nakia tak lepas darinya. Tanpa sadar,

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN