Kikuk. Astrid justru terdiam di posisinya. Ia terlalu malu untuk mendekati Diana. Ditambah lagi ada beberapa kamera yang terang-terangan menyorotnya, mereka mungkin masih ingat perseteruan keduanya. ‘Gue pergi aja kali ya? Nyari tempat makan lain.’ “Maaf, Kak. Tolong jangan direkam ya?” Astrid kelu. Itu suara Diana. Ia menyatukan telapak tangannya di depan d**a, tersenyum hangat, lalu berujar kalimat tadi. Diana pasti paham rasanya tak nyaman menjadi objek perhatian sementara kita justru tengah ingin tak terlihat. Orang-orang itu menurunkan kameranya, meski bisa saja ada yang masih merekam mereka diam-diam. Astrid akhirnya melangkah, mendekat ke meja Diana. Hanya Diana yang tersenyum hangat, bahkan mendorong satu kursi menjauhi meja agar Astrid bisa bergabung. Sedangkan Febby terli

