Bab 5 Musuh tapi nikah

1036 Kata
Pagi di Jakarta selalu ramai, tapi pagi itu, dunia Anggita terasa lebih bising dari biasanya. Bukan karena suara kendaraan, tapi karena notifikasi ponselnya yang tak henti bergetar. Puluhan pesan masuk. Dari teman, karyawan, bahkan media yang meminta klarifikasi. “Anggita Daryani dan Rafka Wijaya—CEO muda dan Direktur stasiun televisi ternama—resmi bertunangan?” begitu bunyi salah satu headline yang terpampang di layar. Anggita menutup wajahnya. “Astaga… dunia benar-benar benci aku.” Mira menatap dari seberang meja dengan tatapan penuh rasa bersalah. “Aku cuma upload story lima detik, Git. Aku pikir lucu aja—eh ternyata viral.” “Lima detik, Mir. Lima detik yang menghancurkan reputasi perusahaan startup bernilai jutaan dolar.” “Eh tapi setidaknya sekarang semua orang tahu kamu punya selera cowok bagus?” “Mira!” Anggita hampir melempar ponsel ke temannya, tapi belum sempat, panggilan lain masuk. Nama “Mama” terpampang di layar. “Gitaaa! Ini apa-apaan?! TV, berita online, semua bahas kamu dan si Rafka. Katanya kamu nggak ada perasaan, kok malah ciuman???” “Mama, tolong tenang dulu—” “Tenang gimana?! Kamu CEO perempuan pertama di bidangmu! Mau dikira main-main sama direktur TV? Mama malu, Git! Malu!” “Mama, dia yang mulai—” “Justru karena itu! Orang bakal pikir kamu sengaja!” Sebelum Anggita sempat membela diri, suara lain muncul di latar belakang panggilan. “Udah, Bu, biarin aja. Kalau udah viral, sekalian aja nikah. Biar nggak dibilang tunangan tanpa kepastian.” “Mama! Siapa itu barusan?!” “Itu Om Roni, Git. Katanya kalau udah terlanjur, ya disahkan aja.” Anggita menatap kosong ke dinding. “...Mama baru aja menjodohkan aku lewat gosip?” Sementara itu, di gedung lain di Sudirman, Rafka sedang santai di ruangannya. Di depan layar TV yang menayangkan berita tentang dirinya, dia malah menyeringai. “Lumayan juga, rating naik,” gumamnya, meneguk kopi. Asistennya menatap bingung. “Pak Rafka, ini masalah serius. Nama perusahaan ikut disebut!” “Ya biarin, gratis promosi. Lagi pula, siapa suruh media pada haus gosip.” “Jadi Bapak nggak marah?” “Marah? Enggak. Aku malah lagi mikirin konsep reality show ‘Nikah Kilat CEO & Direktur’. Kayaknya laku.” “Pak…” “Bercanda,” katanya sambil berdiri, merapikan jas. “Atau nggak juga.” Dua jam kemudian, Rafka sudah berdiri di depan rumah Anggita, dikerumuni wartawan. “Mas Rafka, benar Anda menjalin hubungan dengan Bu Anggita?” “Benar, tapi hubungannya agak rumit. Kami saling benci dan saling butuh di waktu yang sama.” “Jadi ini cinta lokasi?” “Lebih tepatnya cinta berisik.” Anggita yang baru keluar rumah hampir menjatuhkan map di tangannya. “Rafka! Kamu gila ya, ngomong kayak gitu di depan media?!” “Aku kan cuma jawab jujur.” “Jujur dari mana?” “Ya kan kita beneran saling benci dan saling butuh.” Anggita menghela napas panjang. “Kalau aku pingsan sekarang, tolong jangan viralin lagi.” “Tenang, nanti aku edit biar kamu kelihatan tetap anggun.” --- Sore harinya, dua keluarga besar akhirnya bertemu. Suasana ruang tamu seperti rapat darurat nasional. Mama Anggita duduk dengan wajah tegang, sementara Papa Rafka terlihat sangat santai sambil menyeruput teh. “Jadi, kalian berdua mau bagaimana?” tanya Mama Anggita dengan nada tinggi. “Kalau saya sih nggak masalah,” jawab Papa Rafka santai. “Anak saya udah umur tiga puluh, belum pernah bawa cewek ke rumah. Baru kali ini, eh langsung CEO. Sekalian aja diseriusin.” “Maksud Bapak menikah?” “Ya, kenapa nggak?” Anggita langsung menatap tajam. “Aku keberatan.” “Kenapa?” tanya Rafka dengan senyum menantang. “Karena ini konyol!” “Konyol tapi efektif,” balasnya santai. “Daripada gosip makin liar, mending kita nikah, kan?” “Rafka, aku serius!” “Aku juga, Gita.” Suara tawa kecil terdengar dari sudut ruangan—nenek Rafka, yang dari tadi memperhatikan dengan tatapan geli. “Waktu muda, aku juga nikah karena kecelakaan gosip. Lihat? Awet sampai sekarang.” Anggita menatap keluarganya satu-satu, mencari dukungan, tapi semua orang tampak pasrah. Rafka malah bersandar di sofa, memandangnya dengan tatapan yang terlalu percaya diri untuk situasi sepenting ini. “Udah, tinggal tunjuk aja, nanti aku yang bayar,” katanya ringan. Anggita menatapnya datar. “Oke.” “Lho, serius?” “Serius.” “Bagus. Jadi—” “Vendor paling mahal semuanya. Makeup, gaun, katering, dekor, gedung.” Rafka hanya mengangkat alis. “Oke.” “Enggak, kamu nggak denger ya? Aku bilang paling mahal.” “Udah denger. Aku kan bilang, aku yang bayar.” “Rafka!” “Tapi kalau kamu mau nambah honeymoon ke Eropa, aku juga nggak nolak.” Semua orang di ruangan menatap mereka seperti nonton sitkom tanpa skrip. Mama Anggita menepuk kening. “Ya Tuhan, ini pasangan apa bahan lawakan?” --- Dua hari berikutnya berjalan seperti badai. Vendor berdatangan, fitting baju, rapat mendadak, media makin ramai. Anggita hampir gila karena semua berjalan terlalu cepat. Akan tetapi yang bikin lebih gila lagi—Rafka tetap santai. “Aku pengen dekor warnanya abu-abu,” kata Anggita ke tim WO. “Abu-abu? Nggak takut dibilang duka cita?” “Biar sesuai sama isi hatiku.” Rafka yang duduk di belakang langsung nyeletuk, “Kalau gitu, aku pakai jas putih. Biar kayak cahaya di hidup kamu.” Semua orang menahan tawa. Anggita melotot. “Rafka, diam!” “Tapi bener kan? Aku jujur sama kamu.” Sore itu, setelah sesi fitting selesai, mereka berdua duduk di mobil. Anggita diam lama, menatap jendela. “Rafka… kamu beneran nggak keberatan?" “Keberatan?” “Menikah begini. Tanpa cinta, tanpa rencana.” Rafka tersenyum kecil. “Cinta bisa muncul kapan aja, Git. Kalau kesempatan buat bahagiain kamu datang sekarang, masa aku tolak?” Anggita menoleh. Tatapan Rafka tenang, tapi ada sesuatu di baliknya—sesuatu yang tulus. Ia buru-buru mengalihkan pandangan. “Dasar nyebelin.” “Nyebelin tapi calon suami kamu,” jawab Rafka sambil nyengir. Mobil itu melaju pelan di bawah langit Jakarta yang mulai gelap, dan untuk pertama kalinya sejak semuanya dimulai, Anggita merasa kacau—tapi bukan karena marah. Karena mungkin, sedikit saja, ia takut hatinya mulai setuju dengan kegilaan ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN