Kanaya sudah berada di dapur minimalis rumah Dewa, ia tadi tidak menanggapi ucapan absurd Dewa yang ia yakin membicarakan hal aneh. Tubuhnya masih sakit tapi ia memaksakan dirinya untuk membuat masakan ala kadarnya karena ia juga harus pulang. Saat ia sibuk membuat masakan tiba-tiba saja ada sebuah tangan melingkar diperutnya disusul dengan hawa hangat yang menyentuh punggungnya. "Dewa?" Kanaya tersentak kaget, hampir saja ia menjatuhkan spatula yang ia pegang. "Wangi banget, masak apa sekarang?" Dewa bertanya dengan wajah yang masih mengantuk, pria itu sebenarnya masih ingin tidur tapi ingat jika ada Kanaya di apartemennya. "Aku cuma buat spaghetti doang, minggir ah." Kanaya mengendikkan bahunya agar Dewa menjauh. "Pasti enak, kenapa kita enggak nikah aja sih? Biar aku bisa peluk kam