Kanaya mengemasi semua barang-barang yang akan ia bawa pergi ke luar kota. Setiap ia menatap kamarnya, hanya akan mengingatkannya pada Dewa. Pria itu nyatanya benar-benar sudah menguasai seluruh hatinya sehingga setiap mengingatnya membuat Kanaya menangis. Bukan menangis marah, tapi ada seutas perasaan rindu yang menyiksa dirinya. Kanaya selalu ingat saat Dewa menggodanya dengan gombalan receh, atau terkadang dengan tingkahnya yang menyebalkan. Kanaya juga begitu rindu disaat Dewa manja padanya, sikapnya yang terkadang dewasa tapi juga kekanakan. Semua yang ada dalam diri Dewa ua merindukannya. "Arghhhhhhhh! Kenapa kamu selalu ada disini! Pergilah jika memang ingin pergi, aku membencimu, Dewa!" Kanaya tanpa sadar berteriak meluapkan amarah yang mengendap dalam dirinya. Wanita itu menang