Suara langkah kaki yang melangkah terdengar sangat jelas dari dalam ruangan rumah sakit yang begitu sepi. Malam sudah sangat larut, tapi Kanaya masih terduduk menunggu putrinya yang berbaring dengan selang infus yang menancap ditangannya. Mata Kanaya terlihat sembab karena wanita itu tak henti menangis karena kondisi Nara yang masih tak sadarkan diri. Beberapa tubuhnya terluka lebam, terlihat jelas jika itu bekas cengkraman dan pukulan. Nara pasti sangat ketakutan saat itu, hal itu tanpa ampun membuat Kanaya seperti dihatam rasa bersalah yang luar biasa. "Nara ... maafkan ibu." Kanaya menggenggam tangan Nara seraya menangis sesenggukan. Dewa senantiasa menemani wanita itu, tapi ia berdiri disamping pintu. Wajahnya masih memerah karena sejak tadi darahnya masih mendidih. Malam ini juga