Langit Jakarta kembali menangis malam itu. Rintik hujan menempel di kaca jendela, memantulkan cahaya lampu kota yang buram. Dari balik tirai tipis, Sherina menatap keluar sambil memegangi perutnya yang kian membulat. Ada ketenangan di wajahnya, tapi juga ada rasa gelisah yang tidak ia pahami. Sudah lewat pukul sepuluh malam, namun Dominick belum juga kembali. Katanya, hanya sebentar ke luar untuk menemui seseorang dari tim medis yang menangani ibunya. Tapi "sebentar" versi Dominick sering kali berubah menjadi berjam-jam tanpa kabar. Sherina menarik nafas panjang menatap kegelapan malam. "Kenapa aku merasa akhir-akhir ini itu seperti ada yang di tutup-tutupi Dom dariku, ya? Apa itu? Apakah itu tentang masalah perusahaannya? Ataukah tentang bisnisnya?" Sherina menahan nafas sejenak. "Buka
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari


