Rindu Kehangatan

2121 Kata

Hujan sore itu kembali turun di Jakarta dengan deras. Di beberapa daerah terlihat sudah mulai banjir, jalanan mulai macet. Langit kelabu seperti mencerminkan perasaan Dominick yang semakin berat. Dia berdiri di depan jendela apartemen, memandangi butiran air yang berlarian di kaca. Setiap tetes terasa seperti detak waktu yang mendesak nya untuk cepat bergeark menuju sesuatu yang tidak ingin dia hadapi. Sherina tertidur di sofa, menyandarkan kepala di bantal dengan posisi tangan masih memeluk perutnya. Napasnya teratur, damai, dan polos. “Wajah polosmu ini membuatku menjadi serba salah, Sayang.” Dominick menatapnya lama. Dia masih bisa merasakan tendangan lembut bayi mereka dari perut itu beberapa jam lalu, sebuah keajaiban yang kini menjadi alasan terbesarnya untuk hidup... dan untuk

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN