Pagi Jakarta berawal tenang. Matahari belum sepenuhnya menembus kabut tipis di langit, dan aroma tanah basah sisa hujan semalam masih menggantung di udara. Di apartemen yang berdiri kokoh dan mewah itu tampak Dominick duduk di depan meja kerjanya, menatap layar laptop yang kini menampilkan satu berkas baru. Nama file itu sederhana, tapi membuat jantungnya berhenti berdetak sejenak: SHERINA.S Jemarinya gemetar saat menekan enter. Layar terbuka, menampilkan deretan kode genetik, catatan medis, dan diagram otak yang dipenuhi garis-garis merah. Di sudut bawah layar, terdapat tulisan kecil. "Subjek 021 — kompatibilitas tinggi terhadap serum Elira." Dominick memejamkan mata, mencoba menenangkan napasnya yang tersengal. "Tidak mungkin..." bisiknya pelan. Dia menggulir ke bawah. Ada hasi

