Hujan turun deras malam itu. Petir menyambar langit di luar jendela kamar pentouse hotel bagian depan, memantulkan bayangan-bayangan aneh di dinding. Dominick berdiri di depan kaca, menatap refleksinya sendiri, tapi semakin lama dia menatap, semakin asing wajah itu baginya. Mata itu merah. Kulitnya tampak lebih pucat dari biasanya. Dan entah mengapa, senyum samar yang muncul di bayangan kaca tidak sama dengan ekspresi yang dia rasakan. Dominick semakin merasa bingung, dia menautkan dahinya. "Siapa kau..." gumamnya lirih, napasnya terasa berat. Bayangan itu seakan berbisik sesuatu. Bukan suara yang jelas, melainkan desis halus, seperti seseorang berusaha menembus pikirannya. Lalu perlahan, dalam pantulan kaca itu, sosok Sherina muncul, berdiri di belakangnya tengah menatapnya. Dominick

