Di saat nyawa adalah taruhan, maka semuanya seakan menguap. Yang tersayang lebih utama. "Kai … nikahi dia ! Kamu tidak bisa bilang tidak !" Teriak Nadine sambil menatap ke arah Kai dengan wajah penuh permohonan dan putus asa. Kai menggeleng lemah, tapi Nadine segera mencengkram lengannya dengan kuat. "Aku mohon, demi putra kita." Tangis Nadine benar-benar pecah saat ini. "Kalian jangan berembuk terlalu lama, aku sudah siapkan penghulu dan juga wali nikah. Daddy sudah menyerahkan kepada wali nikah. Jadi kamu hanya harus menjabat tangannya untuk menikahiku !" Teriak Ruby yang di susul kemunculan beberapa orang. Tampak seorang pria setengah baya yang berada di bawah todongan senjata. Kai pastikan dia adalah penghulu. Hadir juga dua orang saksi. Meja di gelar, dengan langkah pelan Kai m