Halim membuka mata, terasa begitu berat. Ia terdiam lama menatap langit-langit ruangan tersebut. Butuh waktu untuk mengingat yang terjadi, dia menarik napas dalam-dalam. Kemudian seluruh tubuhnya terasa berat untuk bergerak. Ia masih di apartemen Lou, dengan perasaan yang sulit di gambarkan oleh kata-kata. Ia memejam lagi. Setiap yang terasa begitu salah, ia tahu itu. Apartemen terasa sepi, terdengar suara tarikan napas miliknya saja yang berat. Lou mengajaknya bersama lagi, permintaan yang tidak ia duga keluar dari mulutnya. Lou bilang masih mencintainya. Tawaran Lou untuk bersama terasa begitu menarik walau jelas irasional. "Sstthh!" Dia mendesah resah. Masih coba bernapas di tengah rasa bingung. Halim berusaha bangun, meringis kecil. Merasakan kepalanya pening. Seperti terbangun da