Halim membuka matanya, hari kedua di rumah sakit. Kemarin Kikan tidak datang, padahal ia menunggu istri dan putrinya datang. Ia sudah meminta. Semua kompak diam ketika Halim menanyakan keberadaan Kikan. Hanya ada Bunda Amira yang menunggui, keluarga yang lain, silih berganti datang menjenguknya. Walau jelas terlihat kecewa mereka. “Kamu sudah boleh pulang sore ini,” kata Kaflin. Ayahnya baru mau bicara hari ini. “Baguslah, aku sudah merindukan Felora,” kata Halim berusaha duduk, Amira mengatur bantal di belakang punggungnya. Keluarganya sepakat tidak memperkarakan yang terjadi, Ardi pasti punya senjata untuk menguatkan tindakannya. Kaflin dan Amira belum bertanya yang sebenarnya terjadi. Mereka sama-sama sedang menguatkan hati, akan sebuah keadaan yang mengguncang semuanya. Satu yang