Kesempatan dalam kesempitan

1364 Kata
Dari pada harus beradu mulut dengan Abhi, Gadis lebih memilih untuk menurut dan masuk kedalam mobil mewah milik Abhi. Di rumah, semua keluarga sudah menunggu kedatangnya dengan Abhi karena Mamanya akan mengadakan makan malam. Gadis jadi merasa sangat bersalah. Semua keluarganya tampak bahagia, namun, dia berbohong. Untuk saat ini Gadis benar-benar belum bisa mencari pasangan. Dia tak dekat dengan siapun, dan tak memiliki pengalaman dekat dengan siapapun. "Kenapa sih kita nggak pacaran beneran aja," ucap Abhi tiba-tiba, di tengah keheningan. "Saya belum kenal, Pak Abhi! jangan-jangan Pak Abhi udah punya anak, istri?" Astaga, kenapa baru terpikir sekarang. Bisa berabe kalau ternyata Abhi sudah punya istri. Gadis terlalu cantik untuk disebut 'pelakor' "Masih perjaka ting-ting, nih. Yakin nggak mau? uang saya banyak loh, kamu nggak perlu kerja." Gadis akui, tingkat kepedean Abhi sudah melebihi 100% "Udah deh, Pak. Kita sama-sama baru ketemu, setop bilang kita pacaran!" Gadis sudah geram dengan tingkah Abhi yang semakin hari semakin menjadi. Tak tau apa, kalau Gadis takut luluh. Abhi tertawa terbahak-bahak. "Belum ada satu jam kamu minta saya buat jadi pacar kamu di hadapan keluarga kamu." Lebih baik Gadis diam. Ia tak akan menang melawan segala ocehan Abhi. "Saya udah kenal kamu lama kok. Mungkin, kamu aja yang lupa siapa saya." Kening Gadis mengerut. Seingatnya, Gadis tak memiliki teman bernama Abhi. Ia juga asing dengan wajah Abhi. "Kalau sudah saatnya, kamu akan sadar sendiri, Gadis." "Pak Abhi jangan bikin saya penasaran deh. Saya malas menerka-nerka." Abhi tertawa kembali, dan memandang Gadis sebentar. "Kalau suatu saat kamu ingat siapa saya, ingat saya sebagai Abhi bukan sebagai orang yang kamu kenal dulu." Gadis berdecak dan semakin penasaran. Siapa sih Abhi sebenarnya. Gadis tak pernah memiliki teman dekat laki-laki selain si b******k Kavin. Dan, Gadis rasa Abhi bukan si b******k Kavin. Kavin adalah seorang yang perfeksionis dan selalu berpenamlilan rapi. Sedangkan Abhi, dia sering melakukan hal-hal yang merugikan dan selali ceroboh. Kalau menurut Gadis, jauh dari kata perfeksionis. So, Abhi bukan Kavin. Kavin-nya, sudah pindah dan menghilang selama bertahun-tahun lalu tanpa jejak. Gadis tak tau dimana bocah itu sekarang. *** Kedatangan Gadis dan Abhi disambut hangat oleh orangtua beserta Oma-nya. Mereka sangat bahagia melihat Gadis membawa seorang lelaki ke dalam rumahnya. Oma juga terlihat sangat menyukai Abhi yang sopan dan menyenangkan. "Jadi, sejak kapan kalian pacaran? kok Mama nggak pernah dikasih tau," Seluruh skenario sudah dibicarakan tadi. Gadis tak perlu bingung saat banyak pertanyaan memberondonginya. "Masih 2 bulan ini, tante," jawab Abhi mewakili Gadis yang seolah-olah sibuk dengan hidangan di depannya. "Terus kamu kok diam aja, Dis, punya pacar?" tanya Mamanya masih belum puas. "Terus Gadis harus gimana, Ma? apa harus bikin pengumuman gitu?" "Seenggaknya bilang ke Mama, biar Mama nggak khawatir sama keadaan kamu," sungut Mamanya kesal dengan anak bungsunya yang kelewat cuek meski dengan keluarga sendiri. Abhi hanya terkekeh. Sebegitu khawatirnya keluarga Gadis. "Ehmm! om mau kamu serius dengan Gadis. Kalian sudah sama-sama siap." Refleks, Gadis langsung menjatuhkan sendok dan garpu yang ada di genggamannya. Sedari tadi Papanya memang hanya diam. Namun, sekalinya bicara bisa seserius itu. "Loh kamu kenapa? benarkan ucapan Papa?" tanya Papa, karena ekspresi Gadis yang sangat terkejut. Gadis hanya menggeleng dan kembali menyantap makanannya. Bagaimana kecewanya kalau suatu saat mereka mengetahui kebohongan Gadis? "Benar, Om. Saya serius dengan Gadis," jawaban Abhi semakin membesarkan harapan keluarganya. "Mama senang, Dis." Melihat Mamanya yang tersenyum bahagia, Gadis ingin menangis karena merasa bersalah. "Kamu sudah selesai makannya?" tanya Gadis pada Abhi yang duduk di sampinya. "Sudah." "Oma, Pa, Ma, Gadis mau ngobrol sama dia sebentar, ya?" pamit Gadis sebelum menyeret Abhi pergi dari meja makan. Setelah mendapat izin, Gadis segera membawa Abhi menjauh dari keluarganya. Gadis butuh bicara tentang kelajutan drama ini. "Pak Abhi, jangan buat keluarga saya semakin berharap," ucap Gadis dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Kini keduanya berbicara di teras rumah Gadis. "Yang mempersulit itu kamu, bukan saya. Sudah berkali-kalikan saya minta kamu jadi pacar saya." "Saya ini bukan mainan, Pak!" Gadis memandang Abhi tajam. Pria itu bisa dengan mudah mengatakan ini dan itu, tanpa berfikir efek apa yang akan terjadi nanti. "Siapa juga yang bilang kamu mainan. Kamu Gadis, kamu cantik." "Setop, Pak! setelah drama ini, saya mau Pak Abhi menjauhi keluarga saya." Gadis tak mau semakin membuat keluarganya kecewa karena perbuatannya. "Oke, kalau itu memang mau kamu! tapi ingat, jika ada kekecewaan, itu bukan salah saya." Abhi kembali masuk kedalam rumah Gadis dan menghampiri keluarga Gadis yang masih bercengkrama di meja makan. "Oma, saya mau pamit, kalau ada waktu kita sambung lagi." Abhi mencium punggung tangan wanita tua itu. "Oma senang Gadis punya pacar seganteng kamu." Oma mengusap lengan Abhi bahagia. Setelah Oma, Abhi beralih menuju Papa dan Mama Gadis yang sama-sama senangnya. "Saya pulang dulu," bisik Abhi saat melewati Gadis yang berdiri mematung. "Gadis, anterin ke depan dong," intruksi Oma pada Gadis. "Eh, iya Oma." Gadis menhikuti langkah lebar Abhi keluar dari rumah. "Terimakasih, Pak," ucap Gadis sambil menundukkan kepalanya. Terlihat dari ekspresi dan tingkah Abhi, pria itu tengah kecewa. "Hmm, saya pulang dulu. Ingat, yang buat keluarga kamu kecewa itu kamu, bukan saya!" Abhi menekan ucapannya. Memang benar, disini biangkeroknya adalah Gadis. Setelah mobil mewah itu menghilang, Gadis langsung masuk dan menutup pintu rumahnya. Kondisi hatinya sangat buruk. Abhi benar-benar membuat hidupnya yang dulu damai menjadi kacau. Pria itu, selalu ada dalam pikirannya. Dan pria itu, selalu membuat hatinya gelisah. Tidak, Gadis tidak boleh terlalu jauh memikirkan dia. Biarkan dia bertingkah sesuai keinginannya. Tugas Gadis hanya melayaninya di kantor. "Mimo, miss you." Gadis tengkurap di atas ranjang menghadap ikan yang masih tumbuh sehat di dalam aquarium. "Mimo, aku mau curhat." Tangan Gadis mengusap pelan aquarium bening itu dengan tatapan kosong. "Eh, nggak jadi. Belum saatnya." Seperti itu lah, kegiatan Gadis dulu sebelum memiliki teman. Ia hanya berbicara dengan ikan yang tak akan pernah paham dengan ucapannya. Kalau kata kakaknya sih, Gadis sinting. Tapi itulah kenyataannya. Gadis lebih memilih berbicara dengan ikan yang tak akan pernah bisa mengejeknya dan memandang rendah. Meskipun, ikan itu pemberian dari Kavin, ia tak akan pernah membeci ikan ini seperti ia membenci Kavin. Ikan ini sangat berharga untunya. *** Pulang kantor Gadis memboyong ketiga temannya ke apartemen. Otak Gadis benar-benar kacau seharian ini. Abhi yang biasanya bawel tiba-tiba cuek padanya. Selain itu, ada wanita bak model menemui Abhi di kantor. Entah, mengapa, rasanya sangat aneh dan membuat dirinya tak nyaman dengan keadaan ini. Apa mungkin ini karena kejadian tadi malam? Aihh, tak mungkin. Ia yakin 1000% Abhi tak pernah serius dengan segala ucapannya. Ia yakin Abhi hanya ingin bermain-main dengannya. "Jadi, inti cerita kali ini adalah lo di tembak Pak Abhi terus lo tolak, terus sekarang Pak Abhi bawa cewek cantik ke ruangannya, dan lo cemburu?" simpul Tania yang sangat menyimak semua curhatan langka Gadis. "Siapa bilang gue cemburu? nggak ada ya!" elaknya. Atas dasar apa Gadis cemburu. Tak peduli siapun yang mendatangi Abhi hari ini. "Lo jangan perang terus sama perasaan lo, Dis. Sekali-kali akur dan ikuti kata hati lo," ucap Lala yang kini tiduran sambil memluk boneka panda. "Gue mau married, Lala udah rencana, terus lo mau begini terus? pantas lah kalau keluarga lo was-was!" ucapan Tania sangat menohok hatinya. Oke, memang Gadis tak seperti mereka. Gadis ini berbeda. "Rilly juga masih sendiri kok, iya kan Ril?" Gadis menjawil Rilly yang tampak sibuk dengan ponselnya. "Hah? apa, Dis?" tanya wanita berkaca mata itu. "Lo juga masih jones kayak gue kan?" Wanita itu tampak tersenyum. Alaram tanda bahaya mulai berbunyi. Jangan-jangan partner jomlonya kini sudah memiliki tambatan hati? "Mas Dika, sudah ajak serius Dis." Setelah ini Gadis pasti akan menjadi santapan lezat Tania dan Lala. Bagaimana tidak, dulunya masih ada Rilly yang sama jonesnya, tapi sekarang Rilly sudah berpacaran dengan Dika. "Lo kapan, Dis! buruan deh keburu nenek-nenek keriput!" "Rilly udah ada kemajuan, masa lo mau gini-gini aja? udah lah, lo nggsk usah sok jual mahal sama Pak Abhi. Udah kelihatan kok kalau di itu tertarik sama lo!" Gadis yang semula duduk dan bersandar pada kepala ranjang, langsung menjatukan diri dan menutup kedua telinganya kuat. Yang Gadis takutkan hanya satu. Patah hati. **** Haloooo semua? Ketemu lagi kita. Jangan bosen-bosen buat love dan komen ya ... Guys mulai sekarang aku update cerita ini seminggu sekali. Kalau love terus nambah jadwal update akan semakin sering jadi jangan lupa buat love.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN