Belum sempat pantatnya mendarat sempurna di kursi, Gadis sudah mendapat kata sambutan spesial dari sekertaris Pak Hendra—Bu Lauren yang sadis.
Huh! Madam mermaid bikin badmood aja.
Sontak, tubuhnya kembali tegak dan membungkukkan badan, hormat. Pencitraan saja biar tidak di anggap kurang ajar.
"Bukannya meeting dengan PT. Aksa sudah selesai dari beberapa jam lalu? darimana saja kalian, berani-beraninya menghilang di jam yang penting!" sembur wanita berumur 35 tahunan itu.
Benarkan, yang dapat semprot duluan tetap Gadis, bukan Yang Mulia bos yang kini sudah leha-leha di dalam ruangannya.
Bukan kali ini saja Gadis berhadapan dengan Bu Lauren, namun, tetap saja ia masih takut dengan omelan Madam mermaid itu.
"Pak Hendra akan mengadakan rapat, karena Pak Abhi tidak datang semuanya kacau!"
"Kalian kemana saja? kerja ya kerja jangan pacaran, saya tau kamu ada hubungan dengan Pak Abhi harusnya kamu bisa lebih profesional!"
Terus elo sirik gitu?!
"Maaf Bu ...." Belum selesai Gadis menjawab, Lauren sudah menyela ucapannya.
"Karena kalian Pak Hendra ngamuk ke saya!"
Ya sukurin, derita L.
Bahkan wanita itu tak membiarkan dirinya berbicara dan menjelaskan. Bibir dengan lipstik merah merona itu terus bergerak memberikan ceramah padanya. Padahal itu semua bukan sepenuhnya salahnya.
Selain judes Bu Lauren memang suka majas. Apa-apa di lebih-lebihkan.
"Sudah bertahun-tahun kamu menjadi sekertaris, tapi mengahadapi Pak Abhi saja kamu tidak mampu!" cemooh Bu Lauren membuat Gadis semakin panas di buatnya.
Bisa nggak sih itu mulut pedesnya dikurangi dikit? Cabe mahal Bu!
Pintu ruangan Abhi terbuka. Sosok tinggi tegap itu menatap Bu Lauren tak suka. Baguslah, Gadis akan segera selamat dari serangan Bu Lauren.
"Setop! Kalau mau ngomel silahkan masuk ke ruangan saya," ucap Abhi menghentikan omelan Bu Lauren.
"Silahkan masuk," ucapnya lagi sembari membuka pintu lebar-lebar untuk mempersilahkan Bu Lauren yang semakin memerah karena kesal.
"Tidak perlu! Pak Abhi cukup menemui Pak Hendra nanti malam. Saya permisi!" Setelah mengucapkan pesan, Bu Lauren segera bergegas menjauhi Abhi dan juga Gadis.
Bye-bye Madam meramaid kalau ngomel monyong-monyong, kalah kan sama Yang Mulia bos.
"Pantesan masih jomblo, galaknya ngalahin singa," desis Abhi sambil memperhatikan punggung Lauren yang semakin menjauh.
Gadis hanya menahan tawanya mendengar ucapan Abhi yang memang sangat benar. Di umurnya yang sudah sangat matang Bu Lauren memang belum memiliki pasangan hidup.
Astaghfirullah, Gadis juga masih jomlo nggak boleh ketawa nanti ketularan.
"Nggak usah takut sama dia, selagi ada saya kamu aman," ucapnya sebelum kembali masuk ke ruangannya.
"Heeh! ngomongnya, paling-paling kalau kejadian lagi sekretaris yang di jadiin umpan!" Gadis mendudukkan tubuhnya kasar. Masih ada beberapa kerjaan yang harus ia selesaikan hari ini juga, tapi otaknya sedang malas untuk di ajak kerja.
Demi mood bagusnya, ia akan tamasya sebentar ke kubikel Lala yang letaknya satu lantai dengannya.
"Lala, gue lagi badmood!" Gadis menarik kursi kosong dan duduk di samping Lala yang tengah fokus pada laporan yang tengah ia kerjakan.
"Haa? Bukannya tadi lo abis jalan-jalan sama Pak Abhi?" jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari layar komputer.
"Sinting bener dia La, posisi gue hampir terancam."
"Gue tau. Tadi Pak Hendra sampai jalan sendiri ke ruangan Pak Abhi jarang banget kan?"
Gadis terkejut. Selama dirinya bekerja disini, pemilik perusahaan ini Memang sangat jarang mengunjungi kantor apalagi sampai mendatangi bawahan di ruangannya.
Hebat, Yang Mulia bos memang hebat. Saking hebatnya jabatan yang baru saja ia peroleh akan lenyap dalam sekejap.
"Yang Mulia bos kejiwaannya emang terganggu, masa dia gue katain sinting bukannya marah malah ketawa," cerita Gadis dengan mimik wajah polos.
"Anjrit! sumpah lo?" Lala mulai tertarik dengan cerita Gadis dan mengalihkan pandangan ke arahnya.
"Gue jadi penasaran gimana dia bisa masuk kesini jadi Direktur pula?"
"Orang dalam." Tebak Lala sambil tertawa. Terlihat dari modelan Abhi memang tidak terlihat tampang pebisnis hebat yang memiliki IQ di atas rata-rata. Dilihat dari penampilannya yang santai dan terkadang acak-acakan sudah tidak mencerminkan kalau dia memang masuk ke perusahaan ini dengan hasil sendiri.
"Alah paling sebentar lagi juga di pecat sama Pak Hendra, modelannya aja udah nggak niat gitu." Gadis berdoa semoga Abhi segera digantikan dengan orang yang lebih tepat dan waras.
"Tapi nih, gue pernah denger kalau Pak Abhi punya hubungan sama Pak Hendra." Belum genap seminggu, rumor tentang Abhi sudah menyebar luas di seluruh penjuru perusahaan. Efek yang kerja banyak emak-emak rumpi
"Bodo amat! Daripada ngobrolin Pak Abhi mending lihat seksi moment Kai EXO."
"Pergi sana lo! Kelamaan jomblo jadi sinting." Lala langsung menunjukkan ekspresi kesalnya. Kalau sudah begitu Gadis hanya bisa tertawa dan terus menggodanya dengan memencet asal keyboard PC dan langsung melesat pergi.
"Woi! Sinting!" Teriak Lala yang tak Gadis hiraukan. Setidaknya moodnya sudah berangsur membaik berkat Lalapo.
Sekarang Gadis sudah semangat membuka laptop dan menyelesaikan pekerjaan yang sempat terbengkalai.
Semangat Gadis, drakor melambai-lambai!
Lumayan masih ada 1 jam yang bisa ia korupsi untuk nonton. Mumpung Yang Mulia bos masih anteng-anteng aja.
Belum juga dapat setengah Gadis menyelesaikan pekerjaannya, ada saja gangguan. Siapa lagi kalau bukan Yang Mulia bos!
"Gadis saya butuh bantuan kamu."
"Iya, Pak, apa yang bisa saya bantu?" jawab Gadis sambil memamerkan senyum terbaiknya.
Apalagi sih bos! manja banget. Sisi lainnya mulai ikut berbicara.
"Tinggalin kerjaan kamu, lanjut besok aja paling nggak penting."
Nggak penting gundulmu! kalau direkturnya saja seperti ini bisa-bisa sebentar lagi perusahaan ini gulung tikar.
"Maaf, Pak, tidak bisa seperti itu."
"Nggak usah seformal itu, risih saya dengarnya. Ikut saya!" Abhi menarik paksa tangan Gadis untuk mengikutinya masuk ke dalam ruangan.
"Kamu duduk sini." Abhi menggiring Gadis untuk duduk di sofa, sedangkan dirinya berjalan menuju meja kerjanya untuk mengambil laptop lalu menyusul Gadis duduk di sofa.
"Coba kamu lihat ini, kira-kira mana .... "
"Astaghfirullah, Pak, ini foto-foto nyolong di internet mana? cewek cantik semua lagi," tukas Gadis membuat Abhi mengeluarkan taringnya.
"Nyolong kamu bilang? ini semua karya saya, enak saja!" Sungut Abhi tak terima saat maha karya terbaiknya di tuduh curian dari internet.
"Lah, yang benar aja Pak ini nyolong kan?" Dalam hati Gadis tertawa melihat ekspresi kesal Abhi. Ia hanya sengaja membuat Abhi kesal, biar keduanya impas.
Abhi berdiri dan kembali menuju meja kerjanya mengambil kamera yang membuat bibir Gadis melongo seketika.
Canon EOS 5D Mark IV
Keluaran terbaru Canon, cuy, harganya nggak main-main. Gadis tau betul dengan kamera itu karena sampai sekarang Gadis masih menyukai fotografi dan sering membaca artikel tentang dunia fotografi. Meskipun sekarang dirinya sudah tak pernah lagi bermain dengan kamera dan objek.
Canon EOS 5D Mark IV generasi penerus seri 5D yang memiliki sensor CMOS Full Frame(36 x 24 mm) dan ketajaman 30 MP. Processor gambar DIGIC 6+ & teknologi Digital Lens Optimizer (DLO) serta Dual Pixel RAW (DPRAW) untuk mengatur posisi efek bokeh dan mengurangi efek ghosting dan flare menjamin kualitas terbaik untuk kamera DSLR ini.
Kameranya orang-orang pro, cuy. Kalau Gadis tak salah ingat, harga kamera itu kisaran Rp. 36.104.000 – Rp. 86.998.500
Gaji Gadis selama satu bulan meringis seketika. Yang Mulia bos memang orang kaya.
"Biasa aja lihatnya, baru lihat kamera mahal ya," cibir Abhi.
"Iya iya, yang punya Canon EOS 5D di maklumi sombongnya!"
Abhi kembali duduk di samping Gadis dan mulai memamerkan kamera itu padanya.
"Nih, kamu pengen coba?" Abhi menyodorkan kamera itu pada Gadis.
"Enggak, Pak, kalau rusak saya nggak bisa ganti." Gadis masih sayang gaji, untuk tidak mencoba pegang kamera itu.
"Kalau rusak ya beli lagi, jangan seperti orang susah deh." Abhi meletakkan kamera itu ke pangkuan Gadis.
Tangan Gadis bergetar mengambil kamera mewah itu. Kamera 600D miliknya tak ada apa-apanya dibanding 5D ini.
"Kamu suka fotografi juga?" Tanya Abhi yang hanya Gadis jawab dengan anggukan. Ia masih fokus dengan barang mewah ini.
"Kapan-kapan hunting foto yuk."
Gadis langsung menoleh ke arah Abhi. Yakin, kamera Canon EOS 600Dnya bakal di adu dengan kamera Canon EOS 5D Mark IV . "Kamera saya nanti minder kalau ketemu kamera Pak Abhi."
"Kamera saya banyak, kalau kamu mau ambil aja."
Dih, ini orang serius? Ngasih kamera kayak ngasih gorengan.
"Yaudah saya mau yang 50D ada nggak?" Sungguh Gadis hanya bercanda. Mana mungkin Abhi akan memberikan kamera dengan cuma-cuma.
"Oke, kapan kamu mau ambil?"
"Beneran Pak? Padahal saya cuma bercanda lo." Jaim dulu biar nggak dikira matre. Padahal dalam hati sudah meronta-ronta pengen ambil.
"Ya bener lah, tapi ...."
Gadis mencium bau-bau yang tidak sedap. Terlihat dari senyumnya, itu bos pasti merencanakan sesuatu yang buruk.
"Jadi pacar saya dulu."
TUH KAN BENER!
"Nggak! belum cukup Pak Abhi bikin kita jadi bahan gibahan orang satu kantor?!" Duh Gusti, selamatkan Gadis dari bos sinting ini.
"Nah sekalian aja kita bikin gosip itu jadi kenyataan." Abhi menaik turunkan alis tebalnya dan tersenyum miring menatap Gadis yang terdiam cengo.
"Apasih motif Pak Abhi sebenarnya? kita belum pernah bertemu bahkan berkenalan, setop bilang kalau saya pacar Bapak!" Gadis kesal. Kamera mewah di tangannya ia letakkan di meja dan berlalu meninggalkan ruangan Abhi.
Modusnya minta bantuan, tapi endingnya cuma di pamerin. Gadis cantik, Gadis sabar.
Lebih baik Gadis menyelesaikan pekerjaannya kembali agar nanti malam tak memiliki tanggungan.
****
Haloo gaiss udah update nihh ...
Jangan lupa buat pencet love biar kalian nggak ketinggalan cerita ini ya ...
Terus komen-komen terbaiknya juga di tunggu selalu, jadi jangan lupa tulis di kolom komentar ya gaisss♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️
Follow akun author juga disarankan karena akan banyak cerita-cerita baru yang akan datang setiap bulannya. Insyaallah ....