Gadis Cantik, Gadis Sabar

1406 Kata
Belum ada satu menit Gadis sampai di unit apartemennya, tapi nyonya besar sudah koar-koar di grup keluarga agar semua anak-anak tercinta segera kumpul dirumahnya sekarang juga. Gadis cantik, Gadis sabar ... Sebisa mungkin Gadis mencoba untuk mengabaikan pesan Mamanya karena terkadang beliau suka majas hiperbola. Dan itu sering membuat Gadis uring-uringan. Lebih baik sekarang dirinya mandi dan langsung cuz, lanjut nonton drakor yang belum selesai dia lihat. Hidup Gadis sempurna dengan mengurung diri di kamar bersama para cogan-cogannya di dunia halu. Nolep, kalau kata temannya. Kalau bukan karena menghargai ajakan teman-temannya, Gadis tak akan mau membuang waktunya untuk ikut nongkrong di kafe sana-sini. Gadis lebih suka diajak ke tempat karaoke daripada dirinya harus ikut nongkrong. Karena apa, dirinya hanya dijadikan tukang foto. Bagus dikit, cekrek. Terang dikit, cekrek. Cekrek, cekrek, upload! Maklum, cita-cita jadi model tapi kalah body. Siapa lagi kalau bukan Lala dan Tania. Duo rempong yang nggak bisa diam saat lihat spot foto bagus. Meski kadang julid dan menyebalkan. Keduanya adalah teman terbaiknya, yang selalu menemani dari awal masa kuliah sampai di perusahaan tempat mereka mengabdi. Gadis berdecak kesal. Selesai mandi ponselnya masih saja berkedip dan beberapa kali berbunyi. 5 panggilan tak terjawab dari "Nyonya Besar", dan ribuan chat membajiri grup chat keluarganya. Karena matanya yang mager membaca, Gadis memilih untuk menelfon Mamanya saja. Sudah pasti, panggilan pertama akan langsung diangkat. "Gadis kamu kemana aja sih, udah pulang kerjakan? kok nggak nyaut waktu Mama kasih woro-woro di grup!" Astagfirullah, emak-emak, kebiasaan deh lupa salam kalau sudah ngomel. "Asslamualaikum, Mama," sedikit menyindir Mamanya. "Waalaikumsallam! cepat kerumah Dis, Oma udah nunggu nih, Kakak kamu sudah otw." Oma, kerumah?! bencana macam apalagi ini Ya Tuhan. Sudah bisa Gadis prediksi, Oma-nya akan menagih pacar yang ia janjikan untuk di kenalkan. Karena ketololan yang hakiki, Gadis harus berputar otak. Siapa yang akan dia bawa ke hadapan Oma-nya nanti. Pacar tidak punya. Gebetan tidak punya. Sahabat lelaki, Gadis juga tidak punya!! Duh, Gusti, tolong selamatkan Gadis yang jomlo ini "Mama Lita yang cantik, ini sudah malam Gadis malas nyetir sendiri." Semoga Mama-nya memiliki kemurahan hati dan membiarkan Gadis menghindar lebih dulu dari Oma-nya. "Mama bisa suruh sopir jemput kamu. Ayolah, Dis, Oma dari tadi tanyain kamu terus." Ya jelas tanyain Gadis terus, Gadis punya hutang pacar! "Yasudah, Gadis bawa mobil sendiri aja. Assalamualaikum." Huh, terpaksa deh. Di jalan ia harus extra berfikir mencari-cari alasan yang tepat untuk Oma-nya. Terpaksa Gadis harus menunda acaranya malam ini, dan mengganti piyama dengan baju santainya. *** Gadis sengaja mengemudikan mobilnya sangat lambat, agar bisa mengulur waktu. Siapa tau nanti saat Gadis datang Oma-nya sudah tidur. Jarak rumahnya juga cukup jauh dan kecepatan rendahnya, jadi butuh waktu 2 jam untuk sampai disana. Honda Brio kuning milik Gadis masuk ke halaman rumah orang tuanya, dan di samping mobilnya sudah terparkir mobil Fortuna putih milik kakak iparnya. Sebelum masuk Gadis berdoa agar Oma-nya lupa. Orang tua sering lupa, kan? Dan ternyata, semua kelurganya sudah berkumpul di ruang tamu. Neneknya tengah memangku anak bungsu Kakaknya, Mamanya tengah bermain dengan Selly, dan lainnya hanya duduk-duduk. "Assalamu'alaikum." "Waalaikumsalam," jawab mereka serentak. "Cucu Oma sudah datang," sambut wanita yang sudah berumur senja dengan raut wajah bahagia. Gadis jadi merasa bersalah sudah berencana akan membohongi Oma-nya. Langsung saja ia menghampiri Oma-nya dan mencium punggung tangannya. "Oma kangen banget sama kamu." Gadis hanya bisa tersenyum pasrah saat Oma-nya sibuk menciumi wajahnya. Kebiasaan sejak dulu. "Udah makan apa belum kamu, Dis?" tanya Mamanya. "Belum, Ma." "Awas kamu, jangan coba-coba diet lagi." Gadis hanya meringis. Ternyata Mamanya tau kalau dirinya masih sering diet. "Makan dulu, nanti balik kesini." "Oke." Gadis segera beranjak menuju kamarnya untuk meletakkan tas dan segera mengisi perutnya sebelum nyonya besar murka. "Dis, kamu pernah janji ke Oma mau kenalin pacar kamu?" tanya Kakaknya mengahanpiri ke meja makan. Gadis meletakkan jari telunjuknya ke depan bibir, agar Kakaknya tutup mulut. "Emang kamu punya pacar? bohong sama orang tua dosa loh, Dis." Kalau sudah begini kakaknya pasti akan memulai aksinya untuk mencarikan dia jodoh. "Kak Nessa! volumenya dikurangi, nanti Oma dengar terus ingat," decak Gadis kesal. Dari auranya Kakaknya memang sengaja ingin menjahilinya. "Tenang, nggak usah panik, Kakak punya seribu cowok kece buat kamu." Gadis memutar bola matanya jengah. Kebiasaan Kakak-nya saat berdekatan dengannya selalu menyodorkan berbagai model cowok di dalam ponsel ajaibnya. "Mateng-mateng semua ini," ucap Nessa sambil terus menggulir kontak di ponselnya. "Emang abis dimasak, mateng!" "Maksudnya mapan, Dis! kamu cepetan deh cari pasangan biar nggak di teror terus sama keluarga." Sebenarnya Kakaknya juga miris melihat nasib Gadis yang belum juga memiliki pacar. Padahal dulunya, seumuran Gadis, Nessa sudah menikah dan sudah memiliki Shely. "Tapi Gadis nggak mau sama kenalan Kak Nessa!" sungutnya kesal. Bukannya ia tak percaya pada pilihan Kakaknya, tapi Gadis berhak menentukan pilihannya sendiri nanti. "Kamu tau, waktu bos kamu datang ke rumah Mama sama Papa seneng banget mereka kira dia pacar kamu." Benarkah? Papa, Mamanya sampai sebahagia itu saat Yang Mulia bos datang? "Umur kamu makin bertambah, karir kamu sudah bagus, nunggu apa lagi sih, Dis?" Nafsu makan Gadis hilang seketika. Ayam bakar ala Mama yang biasanya sangat nikmat kini terasa biasa saja. "Kamu sekarang sudah cantik, putih, langsing, banyak cowok yang tertarik sama kamu. Coba buka sedikit saja diri kamu." "Gadis, butuh waktu kak." Terdengar helaan nafas dari Nessa yang duduk disampingnya. "Kalau kamu butuh pacar pura-pura, Kakak siap bantu." Setelah itu Nessa pergi meninggalkan Gadis sendiri. Kemana dia harus mencari pacar dalam waktu satu hari? Apa perlu Gadis pinjam kantong ajaib Doraemon? Makin hari hidupnya terasa makin suram. "Gadis, sini nak Oma mau ngobrol." Alaram tanda bahaya sudah berbunyi, sebisa mungkin Gadis akan menjawab dengan apa adanya meskipun akan mengecewakan Oma-nya. Gadis sudah tak bisa menghindar lagi, ia sudah pasrah kalau ternyata dia akan dijodohkan dengan seseorang. Gadis tak sanggup mencari pacar. Berat, Gadis tak akan kuat. "Sini." Oma menepuk sofa kosong di sampingnya. Ruang tamu sudah sepi, hanya ada Oma, Papa, dan Mamanya. "Gimana, pacarnya sudah siap dikenalin ke Oma?" Gadis bilang juga apa, Oma-nya tak akan menyerah sebelum dia mengenalkan lelaki. "Anu Oma," "Anu apa?" "Gadis belum punya pacar, Bu. Hidupnya cuma untuk kerja sama lihat cowok Korea aja!" Mata Gadis auto melirik tajam ke arah nyonya besar yang tega merusak rencananya. "Benar, Dis?" tanya Oma dengan raut wajah sedihnya. Mungkin beliau sudah berharap Gadis akan mengenalkan calon suaminya. Maafkan Gadis, Oma. "Anu, Oma," "Anu, anu, anu. Kamu udah waktunya nikah, Dis jangan nunggu lama-lama. Pokoknya Oma mau kamu cepet nikah sebelum Oma nggak bisa lihat kamu nikah!" Gadis hanya menunduk, dia tak berani menjanjikan apapun pada Oma-nya. "Gadis sudah punya pacar Oma, dia malu mau kenalin ke Oma." Mendengar perkataan Kakaknya, kepala Gadis auto mendongak. "Kamu kalau ngomong yang bener, Nes," ucap Papanya yang tak yakin dengan perkataan Nessa. "Yang kesini waktu itu loh, Pa. Abhi? iya itu pacar Gadis." Tonjok Gadis sekarang juga. Bisa-bisanya Kakaknya menyebar hoax di keluarga ini. Berabe kalau semua percaya dan menyuruh Yang Mulia bos datang kembali ke rumah ini. "Gadis, serius? Direktur itu? Alhamdullah anak Mama udah laku." Mamanya langsung berhamburan memeluk Gadis yang hanya terdiam kaku. Ini semua gara-gara Kakaknya. "Ajak kesini Dis, Oma pengen kenal sama pacar kamu." Ya Tuhan, bagaimana cara Gadis menyeret Yang Mulia bos ke rumahnya. Tolong, yang tau caranya langsung info Gadis. Tak mungkin kalau Gadis harus sujud-sujud, nangis-nangis agar Abhi mau membantunya. Harga dirinya langsung hancur seketika. "Heheee ... iya Oma." Setelah ini Kakaknya harus bertanggung jawab. Gadis tak mau tau. "Oma, Pa, Ma, Gadis mau ngomong sama Kak Nessa dulu." Gadis menarik kakaknya ke dalam kamarnya dan melabraknya karena menyebar berita gila. "Kak Nessa! kok bawa-bawa Pak Abhi sih?!" "Cuma dia kan yang coba deketin kamu saat ini? harusnya kamu terimaksih sama Kakak." "Tapi jangan Pak Abhi, kak. Besok gimana cara Gadis bawa dia kesini?" Yang ada besok Abhi akan tertawa puas saat dia meminta bantuan untuk menjadi pacar pura-puranya. Dih, Gadis nggak sudi. "Kamu rempong amat sih, Dis. Udah kelihatan kalau atasan kamu itu tertarik sama kamu." Mudah bagi Kak Nessa, tapi sulit untuk Gadis. Kak Nessa tipe ekstrover sedangkan Gadis introver sejati. "Kalau misal besok Gadis nggak bisa bawa Pak Abhi, Kak Nessa harus tanggung jawab!" "Alah gampang. Yaudah tidur gih." "Pamitin ke semua Gadis tidur duluan!" teriaknya saat Kakaknya akan keluar dari dalam kamar. Lebih baik Gadis istirahat dan menyiapkan energi untuk besok. Ia harus memikirkan cara mengajak Abhi kerja sama. **** Haloooo semua? Tim Gadis mana suaranya?? Jangan lupa terus ikuti cerita ini sampai ending ya, karena masih banyak kejutan-kejutan nanti♥️ Vote + komen wajib
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN