Siang harinya, Raline bergegas meninggalkan IDEA menuju kantor Nayarra. Sejak tiga tahun terakhir, kakak iparnya itu membuka sebuah klinik yang melayani konsultasi psikologi juga terapi bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Begitu Raline tiba di sana, ia langsung dipersilakan masuk oleh asisten Nayarra. Mungkin kakak iparnya sudah berpesan kalau ia akan datang, jadi sang asisten langsung menyuruhnya masuk tanpa bertanya sama sekali. “Arra …,” panggil Raline ragu di depan pintu. “Ral, kamu sudah datang?” Nayarra langsung berdiri dari kursi kerjanya, lalu menghampiri sang adik ipar. “Ayo, masuk!” Nayarra membimbing Raline menuju sofa, kemudian duduk bersama di sana. Namun, alih-alih berbicara, Raline hanya terdiam gelisah di sisi Nayarra. “Ral, kamu kenapa?” Nayarra menyentuh punggung t