Part 2

1037 Kata
Hailee Goulding Gadis keturunan Asia-Amerika yang mengidap sebuah penyakit sosial yang bernama Sociophobia. Sepanjang usianya 25 tahun ini, Hailee hanya berinteraksi dengan segelintir orang yang mungkin saja bisa ia hitung dengan jari. Ia sangat benci keramaian, benci kilatan kamera, sangat tidak suka berada dibawah terik matahari, dan tidak suka berinteraksi dengan orang lain apalagi orang asing. Sebagian waktunya ia habiskan didalam ruang kamar temaram yang hanya disinari cahaya lampu tidur. Kamar mandi yang ia miliki terpisah ruang untuk mengantisipasi jika para maid harus membersihkan kamar mandi, ketidak sukaannya bertemu orang lain mengharuskannya memiliki kamar mandi yang terpisah ruang dengan kamarnya. Hailee tidak suka berinteraksi dengan dunia luar, Hailee akan sangat ketakutan jika dihadapkan dengan situasi yang kebanyakan orang menganggapnya aneh. Jam 9 pagi Hailee akan terbangun dan ia gunakan untuk mandi, selagi ia mandi para maid yang ditugaskan akan memeriksa setiap sudut kamarnya untuk sekedar jaga-jaga jika ada barang yang mengancam si pemilik kamar dan membersihkan kamarnya. Hailee akan kembali setelah 30 menit berada di kamar mandi, ia akan kembali ke kamar dan mendapati semua keperluannya di kamar tanpa ia minta. Mungkin ia hanya akan pergi ke ruang makan untuk sekedar mengisi kekosongan dalam perutnya yang minta untuk diisi. Begitulah jadwalnya setiap hari. Kegiatannya akan berulang saat jam menunjukkan jam 9 malam. Beberapa kamera terpasang di kamarnya untuk berjaga-jaga jika Hailee berada dalam bahaya. Namun khusus di kamarnya, para penjaga memasang kamera infra red atau kamera penunjuk suhu tubuh untuk tetap menjaga privasi Hailee. Dan kini, ia harus menyesuaikan kembali setiap kegiatannya di tempat baru yang baru ia kenal hari ini. Keinginannya untuk menyepi setelah kematian sang ibu, membuatnya harus menetap di negeri asal sang ibu. Indonesia. Namun, karena kekhawatiran ayahnya yang ia rasa terlalu protektif padanya juga mengharuskannya untuk kembali ke tempatnya dibesarkan bersama ibunya dahulu. Kejadian menyakitkan itu, harus ia ingat lagi tatkala kembali ke negara yang merenggut nyawa ibunya. Beruntung, ayahnya menyediakan tempat lain selain rumah yang menjadi tragedi berdarah itu terjadi.   Hailee berjalan gusar di kamarnya memikirkan bagaimana cara ia harus membuat orang baru yang bahkan tak ia harapkan akan menjadi orang yang selalu berada disampingnya ini tak lagi menjadi bodyguard pribadinya. Ia sungguh tidak paham dengan ayahnya. Jelas-jelas ayahnya tahu benar, ia sangat tidak suka dengan kehadiran orang baru. Itu akan membuatnya sesak dan seakan tidak bisa bernafas. Terlebih orang baru yang akan menjadi boduguardnya itu adalah seorang lelaki. Kehadiran Kelly saja sudah membuatnya risih, jika saja ia tidak membutuhkan tenaganya. Kedatangannya kembali ke negara ini bukan untuk memperburuk keadaan yang ia juga sadari dengan kelainan yang ia idap, namun untuk membuat ayahnya tutup mulut karena selalu cerewet padanya perihal ia yang lebih suka tinggal dan menetap di negara ibunya berasal. Bukan tanpa alasan ia lebih memilih tinggal di negara asal ibunya. Selain karena suasana yang jauh berbeda dengan negara yang ia tinggali kini, disana ia juga bisa lebih menyepi dari orang-orang dan usara-suara bising yang terkadang mengganggu indranya. Semenjak kematian ibunya, tak ada lagi orang yang mengontrol kehidupannya. Tak ada lagi orang yang mengatur dirinya harus sepeti apa dan harus bagaimana. Ibunya adalah sosok yang selalu menjadi panutan baginya. Meski terkadang, ia juga selalu ingin mempunyai keinginannya sendiri. Ibunya meninggal dengan cara yang sadis didepan matanya sendiri. Dan itu sungguh membuat dirinya terguncang dan mempengaruhi mentalnya. Bahkan kini ia juga tidak bisa menjalani kesehariannya seperti orang-orang pada umumnya.   Waktu sudah menunjukan pukul 8. 55 tepat. Sudah waktunya ia keluar dari kamarnya yang terkadang juga selalu membuat dirinya merasa terpenjara, namun ia harus bagaimana, Hailee tidak suka dan bahkan sangat benci dengan dunia luar sana. Baginya, terlalu banyak kemunafikan dan kebohongan yang dilihat hanya karena pencitraan demi tetap bisa bertahan hidup. Hailee mendengar suara langkah seseorang yang tengah mendekati kamarnya. Telinga ia pasang dengan terus memfokuskan pendengarannya. Suara langkah kaki yang terdengar tegas, memperlihatkan si pemilik yang memiliki aura kekuasaan namun memiliki jiwa yang lembut. Ayahnya. Hailee yakin ini adalah suara langkah ayahnya. Ia tidak mungkin salah. Hailee segera berlari menghampiri pintu kamar yang masih tertutup rapat dan ia kunci dari dalam. Ia tidak mau kejadian seperti tadi siang terulang lagi dengan kehadiran makhluk asing yang terlihat menggoda untuknya. Tidak lagi. Hailee tersenyum kala mendengar percakapan di luar sana dan mendengar suara ayahnya yang menanyakan keadaan dirinya. “Bagaimana keadaannya sekarang?” suara ayahnya terdengar merdu ia dengar. Suara yang amat ia rindukan karena bertahun-tahun lamanya tak ia temui dan tak juga menemui dirinya. “Baik tuan. Hanya ada kejadian tak terduga karena keteledoran saya.” Ucap suara dari seorang wanita yang ia yakini pasti berasal dari suara Kelly. “Hem. Lain kali kau harus lebih berhati-hati.” tegur ayah Hailee. Ia semakin melebarkan senyumnya tatkala mendengar suara ketukan dari luar. Siapa lagi jika bukan ayahnya?! Hailee berniat untuk membuka pintu kamarnya, saat ia dengar suara maskulin dari seorang laki-laki yang tadi siang hampir membuat dirinya histeris dan pingsan. “Tuan Goulding.” Panggilnya segera, sebelum atasannya ini memasuki ruang kamar Hailee. Ayah Hailee mengalihkan tatapannya dan menatap tajam pada lelaki yang kini menjadi bodyguard dari putri satu-satunya ini. “Jeffry Anderson.” Panggil Rowman Goulding kemudian. “Yes me sir.” Jeffry menundukan kepalanya ketika mendengar atasan yang telah menunjuknya menjadi bodyguard memanggil namanya dengan lengkap. Rowman tersenyum miring sebelum pergi meninggalkan bodyguard putrinya itu dan berlalu pergi menuju kamar Hailee. Jeffery melihat kepergian atasannya dan memandang ke atas, melihat gadis yang menjadi prioritas utamanya kini hanya mengintip di balik pintu kayu yang bercat biru itu. ia tersenyum kala melihat sorot mata yang terlihat malu-malu itu kemudian menutup pintunya sebelum ayahnya, Rowman Goulding mengetuk pintu kamarnya. Hailee menutup segera pintu kamarnya saat ia melihat senyum di wajah Jeffery mengembang melihat ke arahnya. Dadanya terasa berdegup melihat senyuman dari lelaki lain selain ayahnya itu. Melihat senyumannya dari kejauhan saja sudah membuatnya lemas, bagaimana bisa ia harus terus berada di sisinya jika ia harus keluar suatu saat nanti. Lamunanya di kagetkan dengan suara ketukan yang ia yakini pasti ketukan dari ayahnya. Hailee segera membuka sedikit pintu kamarnya, dan benar saja, ayahnya terlihat tersenyum lega ketika Hailee membuka pintu kamarnya dan semakin melebarkan pintu kamarnya agar ayahnya bisa masuk kedalam. Hailee menutup kembali kamarnya setelah ayahnya sepenuhnya masuk kedalam. Hailee menghamburkan dirinya kedalam pelukan ayahnya, namun betapa terkejutnya Hailee saat ayahnya memundurkan tubuhnya untuk menghindari dirinya. “Ayah?” Hailee memanggil ayahnya dengan sepasang mata berbinar yang kini tergenang air mata disana dan menatap ayahnya penuh tanya. Tak ada lagi senyuman hangat dari ayahnya ketika ia masih berada dibalik pintu kamarnya. “Sebelum kau memelukku, ada begitu banyak hal yang harus kau jelaskan padaku.”  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN