Part 3

1069 Kata
“Ayah?” Hailee memanggil ayahnya dengan sepasang mata berbinar yang kini tergenang air mata disana dan menatap ayahnya penuh tanya. Tak ada lagi senyuman hangat dari ayahnya ketika ia masih berada dibalik pintu kamarnya. “Sebelum kau memelukku, ada begitu banyak hal yang harus kau jelaskan padaku.” Hailee masih menatap ayahnya dengan raut wajah bingung. Seingatnya, saat mereka saling berkabar di jaringan telepon, masih terasa baik-baik saja. Lalu, apa ini? kesalahan apa yang sudah ia perbuat pada ayahnya. “Apa maksudmu ayah?” Ayahnya tertawa terbahak menyaksikan raut wajah putri satu-satunya ini menatapnya kebingungan. Hailee yang mendapati ayahnya tertawa terbahak semakin mengerutkan keningnya salam. “Kemarilah nak.” Rowman Goulding melebarkan kedua tangannya untuk memeluk Hailee yang masih terlihat kebingungan. Ia terlalu bahagia mendapati putri satu-satunya ini mau kembali ke sisinya meski tidak kembali ke rumahnya. Ia cukup bersyukur putrinya ini mau kembali ke sisinya meski ia tetap membenci rumah yang menjadi kenangan indah namun menjadi kenangan buruk baginya. Ternyata menjahili putrinya cukup menyenangkan setelah lama mereka tinggal berjauhan dan terpisahkan benua yang berbeda. Rowman Goulding menatap wajah putrinya yang masih mengertukan keningnya. Ia tersenyum lembut kemudian merangkum wajah putrinya gemas. Putri kecilnya yang dulu begitu menggemaskan dan kecil, kini tumbuh dewasa dengan begitu cantiknya. Ia amat sangat membenci siapa pun orang yang telah membuat putri cantiknya ini memiliki kelainan yang tak biasa dari orang lain. “Ayah begitu sangat bahagia mendapati putri ayah kembali lagi ke sisi ayah.” Ucap Rowman setelah membawa Hailee kedalam dekapannya dan mengecup puncak kepala putrinya bertubi-tubi. “Apa tidak apa-apa, jika nanti aku sering merepotkan ayah?” Hailee bertanya dengan suara lirih pada ayahnya. Meski ia kembali atas perintah dari ayahnya, tetap saja ia harus bertanya untuk memastikan hatinya karena Hailee tahu benar, ia bukanlah seperti gadis biasa pada umumnya. Ia tidak bisa melakukan segala hal sendiri, dan akan selalu membutuhkan tangan orang lain seperti Kelly. Rowman meregangkan tangannya untuk melihat raut wajah cantik putri tunggalnya, “Apa yang kau tanyakan nak? Ayah tidak akan pernah merasa di repotkan, dengan kau berada disini sudah membuat ayah bahagia. Kau hanya perlu tidur, makan, dan pergi kemana kau suka, juga lakukan apa yang kau suka. Selebihnya, biar ayah yang mengurusnya, hmm?!” dengan lembut Rowman mengelus kepala Hailee dan memberikan pengertian kepada anak semata wayangnya. Dalam hati, ia merasa begitu miris melihat anaknya tidak mampu bergerak bebas didepan orang lain, hatinya sungguh teriris setiap kali ia harus melihat anaknya dari kejauhan dan tidak bisa menunjukan pada dunia bahwa ia juga memiliki putri yang begitu cantik dan begitu berhati lembut seperti mendiang istrinya, namun ia amat sangat mengerti dengan keadaan yang menimpa pada putrinya ini. Jika saja bisa, ingin rasanya ia kembali ke masa saat mereka masih bersama bertiga dulu. Kini, ia hanya bisa menyesali keadaan yang ia pilih dulu karena terlalu sibuk memikirkan dunia yang kini malah begitu kejam terhadap putrinya. Ya, kini ia hanya bisa menyalahkan dunia untuk membentengi rasa bersalahnya pada putri dan istrinya. Melihat putrinya tumbuh dewasa dengan begitu baik sedikit membuat hatinya teriris. Tanpa memperdulikan perasaan putrinya, ia tetap bertahan untuk melawan dunia dengan menyibukkan diri dengan pekerjaannya, berharap ia akan melupakan kesedihannya karena telah kehilangan cinta dalam hidupnya. Ia lupa, dan mengabaikan putrinya hingga harus mendapatkan kelainan tak terduga. Rasanya ia ingin sekali mengumpat dan menghajar penyakit kelainan yang dinamakan dengan sociophobia yang dialami oleh putrinya itu. Setidaknya ia harus berterimakasih pada adiknya yang juga seorang psikiater, karena ia telah bersedia menjaga dan merawat putrinya hingga mengharuskan adik perempuannya itu bolak-balik London-Indonesia untuk merawat dan menengok putrinya setiap diperlukan. Setidaknya, saat itulah ia bisa memantau putri malangnya dari kejauhan. Ia sendiri pun tak mempunyai keberanian untuk menginjakkan kaki di negara asal istri tercintanya. Rasa sakitnya akan semakin menggerogoti dirinya jika harus mengingat setiap sudut tempat yang ada disana, karena setiap tempatnya akan selalu mengingatkan dirinya akan Hana. Hailee melihat linangan air mata disudut mata ayahnya. Ia tahu ayahnya masih selalu diliputi kesedihan karena kepergian ibunya. Ia sendiri tidak membantu banyak karena sibuk memikirkan ingatan tragis yang mengharuskannya memiliki kelainan aneh. Hailee mengusap air mata yang menggantung disudut mata ayahnya. Ayahnya memejamkan matanya merasakan kelembutan tangan putrinya mengusap air yang sialnya harus ia perlihatkan didepan putrinya. “Ayah tidak perlu bersedih lagi. aku akan selalu ada disini jika ayah merindukan ibu. Bukankah aku secantik wajah ibu?!” ujar Hailee dan tersenyum lebut pada ayahnya. “Tidak. Putri ayah lebih cantik dari ibumu.” Balas ayahnya dan menjawir hidung mancung Hailee gemas. Hailee memeluk manja ayahnya. Mereka berlama-lama berbincang didalam kamar hingga lupa waktu dan melupakan malam yang semakin larut. Mereka tidak menyadari waktu yang begitu cepat berlalu karena terlalu rindu untuk salin berpisah. Banyak hal yang mereka jadikan obrolan. Termasuk perdebatan mereka tentang masalah Jeff yang tiba-tiba saja harus menjadi bodyguard Hailee tanpa persetujuan dari Hailee. Ayahnya tentu saja tidak akan meminta izin Hailee karena ia tahu Hailee pasti akan menolak siapa pun yang akan menjadi bodyguard nya. Pilihannya hanyalah Jeff, orang yang paling Rowman percayai dalam menjaga Hailee. Selain Jeff memiliki keahlian dalam hal ilmu bela diri, Jeff juga adalah orang yang sangat cekatan untuk menjaga Hailee. Selain itu, ada hal lain menyangkut Jeff yang menjadi pertimbangannya untuk menjaga Hailee. Setelah pertemuan Rowman dan juga Jeff di dekat pintu kamar Hailee, Jeff kembali ke tempat kerjanya, di kamar yang dipenuhi begitu banyak monitor untuk menjaga Hailee tetap aman, termasuk kamar Hailee yang hanya memiliki sensor panas untuk menjaga privasi hailee tetap aman dan leluasa melakukan apa yang Hailee suka. Jeff tersenyum dan sedikit menarik bibirnya ke atas melihat interaksi ayah dan anak yang ia saksikan didalam layar monitor. Jeff memang tidak akan bekerja sendirian. Ia akan melakukan pergantian sift kerja dengan bodyguard lainnya, untuk bodyguard yang akan menggantikannya nanti ia lebih mempercayakan pada bawahannya Briana Austin. Jeff tidak terlalu pandai mendeskripsikan orang lain, ia hanya memilih Briana karena ia perempuan dan memiliki spesifikasi bela diri yang lebih baik dari bawahan perempuan lainnya. Jeff melihat Rowman yang akan segera keluar dari kamar Hailee dan a segera beranjak keluar untuk menemui Rowman. Sekedar memberi hormat dan mungkin melaporkan beberapa hal pada Rowman. Hailee melihat keberadaan Jeff di luar kamarnya dengan mata yang terlihat terkejut karena Jeff tersenyum tipis padanya, namun Hailee segera menundukkan matanya dan menutup pintu kamarnya dengan segera. Jeff hanya tersenyum melihat gadis manis itu memperlakukannya demikian, sedikit banyak ia tahu keadaan yang menimpa Hailee. “Ku kira, aku tidak perlu lagi bilang maklum padamu.” Rowman membuka pembicaraan dengan Jeff setelah melihat putrinya menutup pintu kamar dengan terburu-buru. “Saya sudah maklum sebelum bertemu dengan Hailee, sir.” Balas Jeff dan mereka melangkah menuju halaman belakang rumah yang memperlihatkan pinggiran London di malam hari. “Bagaimana? Apa kau masih akan tetap bertahan bekerja denganku setelah melihat keadaannya?”  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN