Part 4

1300 Kata
Hailee melihat keberadaan Jeff di luar kamarnya dengan mata yang terlihat terkejut karena Jeff tersenyum tipis padanya, namun Hailee segera menundukkan matanya dan menutup pintu kamarnya dengan segera. Jeff hanya tersenyum melihat gadis manis itu memperlakukannya demikian, sedikit banyak ia tahu keadaan yang menimpa Hailee. “Ku kira, aku tidak perlu lagi bilang maklum padamu.” Rowman membuka pembicaraan dengan Jeff setelah melihat putrinya menutup pintu kamar dengan terburu-buru. “Saya sudah maklum sebelum bertemu dengan Hailee, sir.” Balas Jeff dan mereka melangkah menuju halaman belakang rumah yang memperlihatkan pinggiran London di malam hari. “Bagaimana? Apa kau masih akan tetap bertahan bekerja denganku setelah melihat keadaannya?” Jeff mengikuti arah Rowman berjalan dari belakang. Dari belakang, Rowman sangat terlihat sebagai ayah yang mempunyai wibawa dengan tangan yang ia satukan di belakang punggungnya, langkah tegasnya menunjukan jiwa kepemimpinannya yang kuat. Tekanan sepatu yang selalu terdengar berirama menunjukan bahwa ia adalah pribadi yang disiplin. Melihat Rowman dari belakang seperti ini juga memperlihatkan kesedihan dalam jiwanya. Jeff sudah begitu lama mengenal Rowman, ia pun tahu betul dengan semua kehilangan Rowman atas istrinya yang pergi dengan cara yang tragis. Jeff juga merasakan kekaguman pada lelaki paruh baya ini. Semenjak kepergian istrinya, tak pernah sekali pun Jeff mendengar Rowman memiliki niat untuk mencari pengganti  istrinya. Bahkan, untuk sekedar mengisi malam-malamnya yang kesepian, Jeff tak pernah mendengar rumor Rowman bermain dengan wanita satu malam sekali pun. “Meski sampai akhir Hailee tidak pernah melihat saya, saya akan tetap berada dibelakangnya untuk menjaga Hailee dan menemani Hailee sampai saya tidak sanggup lagi untuk melakukannya.” Kata-kata manis yang keluar dari mulut Jeff mungkin saja akan membuat Hailee sedikit membuka matanya tentang pria ini jika ia tahu. Rowman tersenyum dan mengalihkan tatapannya pada pria muda yang begitu gigih ingin menjaga Hailee meski ia tahu tak akan pernah mudah untuk sekedar dekat dengan Hailee, namun ia cukup bersyukur masih ada orang yang menganggap Hailee ada. “Kalau begitu, aku percayakan keselamatan putriku padamu.” Rowman berbalik meninggalkan Jeff dan pergi tanpa pamit setelah menepuk pundak Jeff dengan tegas. Jeff hanya menjawab Rowman dengan anggukan kepalanya tanda hormat. Jeff hanya melihat kepergian lelaki paruh baya itu pergi menuju ruangan yang mungkin saja adalah tempatnya berdiam diri dan meratapi kesepian kepergian istrinya. Jeff tersenyum tipis dan ikut pergi melakukan pekerjaannya seperti biasa.   Malam semakin larut, Jeff masih terjaga dan melihat pergerakan nona yang ia jaga begitu ketat. Jeff memegang sebuah cangkir berisi kopi hitam untuk menemaninya tetap terjaga. Ia memang sudah terbiasa terjaga meski tanpa kopi menemaninya, namun kali ini rasa kopi begitu terasa nikmat dengan dirinya melihat nona manis yang akan ia jaga mulai sekarang. Seharusnya sudah mulai pergantian sift dengan Briana, namun wanita itu belum juga menunjukan batang hidungnya barang sedikit. Wanita yang cukup cekatan namun begitu buruk dalam hal disiplin. Jika saja bukan karena ia senang memandangi setiap pergerakan nonanya, ia pasti sudah lama menghubungi Briana dan menggerutu pada anak itu. Untung saja, ia memiliki hobby baru dalam hal menunggu. Dari yang ia lihat di monito, Hailee bergerak-gerak begitu gelidah. Entah ia memikirkan ayahnya, ataukah ada sesuatu yang ia inginkan. Hailee begitu gelisah dan seperti tidak nyaman untuk tidur. Beberapa saat kemudian, Hailee bangun dari tidur gelisahnya menuju pintu kamar. Jeff menunggu, apa yang ingin Hailee lakukan. Mungkin keluar kamar dan sedikit berjalan-jalan sebentar mencari udara segar, atau mungkin Hailee akan melakukan hal lain. Jeff menyeruput kopinya yan masih terasa hangat ditangannya. Jeff tidak memutuskan pandangannya dari apa yang akan Hailee lakukan. Hailee terlihat akan kembali ke ranjangnya namun tiba-tiba saja memegang handle pintu kemudian berlari kecil menuju ranjangnya dan duduk diam disana cukup lama. Jeff jadi semakin penasaran melihat Hailee. Di tengah-tengah keseriusannya memperhatikan Hailee, tanpa ia ketahui sebuah tangan mungil perempuan nampak tengah bersiap untuk mengagetkan Jeff. Matanya terlihat berbinar melihat atasannya begitu serius memperhatikan layar monitor hingga tidak mendengarnya mengetuk pintu dan kemudian masuk karena tidak mendapatkan jawaban dari orang yang berada didalam ruangan. “Duarrr!” Briana tertawa cekikikan meski atasannya Jeff tidak bereaksi apa-apa setelah mendapatkan serangan dari Briana. Karena tak mendapatkan teguran apa-apa dari atasannya, Briana mengerutkan alisnya dan melihat layar monitor yang terpampang jelas didepan atasannya yang terlihat begitu fokus memperhatikan. “Hey, Jeff. Kau m***m juga ya.” Celetuk Briana acuh dan tak mengalihkan tatapannya dari laya yang menampilkan seseorang yang berada didalam video dengan kamera suhu panas. “Jika kamera bisa, bisa saja kau mengatakan itu.” jawab Jeff tenang. “Oh, ya Jeff. Kenapa kau tidak kaget tadi.” Tanya Briana penasaran. “Aku melihat bayanganmu di monitor.” Jeff menaruh cangkir kosong diatas meja dekat dengan layar besar. “Ah, harusnya kau pura-pura saja atau apa gitu.” Keluh Briana yang dengan lesu karena misi nya untuk mengagetkannya gagal. Jeff berdiri setelah yakin Hailee tidak akan pergi dari kamarnya dan membiarkan Briana bekerja. Selain Jeff, Hailee dan Kelly serta beberapa bodyguard yang tak akan diketahui oleh Hailee dibiarkan tinggal di rumah ini tak ada siapapun yang tidur di rumah utama. Semua asisten rumah tangga dan beberapa pekerja kebun tinggal di rumah belakang yang dikhususkan untuk para pekerja. Itu tentu saja adalah perintah dari Rowman atas keinginan Hailee pastinya. Kekhawatiran inilah yang membuat Rowman begitu begitu gelisah hingga Jeff sendiri yang memastikan keselamatan Hailee. Jeff berjalan keluar dari ruang keamanan menuju kamarnya yang tak jauh dari kamar Hailee. Jeff menuju balkon kamarnya dan mengambil laptop yang berada tak jauh dari ranjannya. Jeff membuka layar pipih itu dan mulai membuka aplikasi keamanan yang langsung terhubung ke kamera cctv yang ada dikamar Hailee. Jeff menatap kamar Hailee yang terlihat dari balkonnya. Jika ia bisa, rasanya ia sangat ingin mendekap gadis gelisah yang terlihat tidak bisa tidur itu. entah apa yang membuat gadis itu begitu gelisah. Selama beberapa hari Jeff mendatangi psikolog hingga psikiater untuk sekedar berkonsultasi dan mencari berbagai informasi terkait menghadapi orang yang mengalami ganguan sociophobia. Jeff tak ingin salah langkah dan membuat dirinya semakin jauh dengan Hailee. Jeff kembali memperhatikan layar tipis yang ada dihadapannya. Hailee kini begitu tenang diatas ranjangnya. Jeff bisa bernafas lega setelah melihat Hailee tak bergerak lagi menandakan ia sudah tertidur, dan kini ia terus menatapi Hailee dan membuatnya tidak bisa menutup matanya rapat untuk sekedar istirahat. Mungkin karena pengaruh dari secangkir kopi yang ia minum tadi, pikirnya.   Hailee mengenakan hoodi kesayangannya pagi ini. Tidak terdengar suara apapun dari luar kamarnya di jam yang sudah menunjukan pukul 10 pagi. Hailee merasa gelisah, ia takut bertemu dengan laki-laki yang kemarin ia temui. Setelah pembicaraannya dengan ayahnya semalam, Hailee tahu lelaki itu bernama Jeff dan mengetahui betul dengan keadaannya. Namun entah mengapa lelaki itu seolah menantang dirinya dan tidak membiarkannya tinggal sendiri disini bersama Kelly saja. Pagi ini ia harus melakukan sesuatu pada perutnya yang terasa keroncongan karena tidak bisa keluar kamar karena merasa ketakutan untuk bertemu dengan Jeff. Menghiraukan rasa takutnya yang sudah dikalahkan dengan perutnya yang sudah berbunyi, Hailee memegang handle pintu dan perlahan melongok ke luar kamar, tak ada siapapun. Hailee mengendap-endap didalam rumahnya sendiri. Kelly juga tidak diketahui kemana ia pergi. Sejak semalam Kelly tidak bisa dihubungi dan membiarkannya dalam keadaan perut yang begitu lapar. Hailee melihat-lihat keadaan sekitar. Ia belum begitu hapal dengan seluk beluk rumah yang begitu besar ini. Harusnya ayahnya itu menempatkannya di rumah yang tidak terlalu besar hingga ia harus berlama-lama mencari dapur. Hailee merasa senang akhirnya ia menemukan ruangan yang ia bayangkan sejak semalam. Hailee memasuki dapur luas yang kini sudah saji berbagai makanan yang sebenarnya tak terlalu ia inginkan. Hailee mencari gula-gula atau sesuatu yang manis, apapun asal manis ia pasti akan suka. Hailee tak menemukan gula-gula, ia hanya menemukan satu kotak besar s**u dan beberapa gula didalam kulkas. Hailee kemudian mengambil s**u yang terlihat tidak ada rasanya itu, tak apa, ia cukup senang. Saat Hailee sedang meneguk s**u yang sudah ia tuang kedalam gelas, seberkas bayangan hitam muncul di ekor matanya. Hailee terkejut bukan main, dan melihat ke arah bayangan itu. tidak ada apapun. Mungkin hanya perasaannya saja, batinnya. Haille melanjutkan makannya dengan mengambil beberapa roti yang ada dihadapannya, ia tidak terlalu melirik makanan lain karena hanya makanan eropa biasa yang tidak terlalu cocok dengan lidahnya yang sudah terbiasa memakan makanan asia. Bayangan hitam itu kini terlihat nyata didepan matanya dan tersenyum riang padanya. “Hai.” Sapanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN