Part 5

1192 Kata
Hailee melanjutkan makannya dengan mengambil beberapa roti yang ada dihadapannya, ia tidak terlalu melirik makanan lain karena hanya makanan eropa biasa yang tidak terlalu cocok dengan lidahnya yang sudah terbiasa memakan makanan asia. Bayangan hitam itu kini terlihat nyata didepan matanya dan tersenyum riang padanya. “Hai.” Sapanya. Suara mungil itu membuat Hailee menjatuhkan roti yang ia pegang dan menunduk takut di balik Hoodi nya. Manusia kecil itu mendekati Hailee dan semakin membuat Hailee ketakutan. “Kau siapa? Namaku Adam.” Sapa suara mungil itu pada Hailee dan mengulurkan tangannya yang tak dihiraukan oleh Hailee. Adam yang tak diacuhkan oleh Hailee hanya tersenyum riang mendapati Hailee yang terlihat takut itu. “Ada sisa coklat di bibirmu.” Adam, yang baru diketahui namanya itu menyodorkan tisu yang ia ambil di meja kepada Hailee. Hailee semakin memundurkan tubuhnya karena bocah kecil yang seharusnya tidak membuat ia takut terus  melangkahkan kakinya dan mendekati Hailee dengan membawa selembar tisu. “Ambillah.” Ucap bocah kecil itu. “Hei, Dude! Apa yang kau lakukan disini? Keluarlah nak, kau akan mengganggu nona mudaku makan.” Ucap suara lelaki yang sudah dikenali oleh Hailee itu. Jeff. lelaki itu mendekat padanya dengan langkah lebar dan sedikit cepat. Hailee menatap Jeff sekilas dan kembali menunduk. “Jangan takut Hailee. Namanya Adam. Dia keponakanku yang kubawa kemari karena sudah tidak memiliki orang tua.” Jelas Jeff membuat Hailee terkesiap dan menatap anak yang terlihat menggemaskan itu. Ia kehilangan ibunya semenjak kecil, dan kini ia melihat sepasang bola mata berbinar tersenyum ke arahnya. “Maaf mengganggu waktu makan anda.” Ucap Jeff dan menggendong bocah menggemaskan kedalam pelukannya, pergi meninggalkan Hailee yang termenung menatapi keduanya pergi. Hailee segera bergegas pergi setelah merasa cukup kenyang mengisi isi perutnya. Ia dengan segera pergi meninggalkan ruangan yang tanpa ia sadari cukup mengetuk hatinya melihat kehadiran bocah kecil yang terlihat begitu tegar kehilangan kedua orang tuanya. Di tangga yang akan mengantarkannya kedalam kamar, Hailee di kejutkan dengan suara dari arah bawahnya. “Nona,” Kelly menundukkan kepalanya, “Maaf jika saya tidak mengabari nona, saya dihubungi tuan Rowman untuk menyelesaikan beberapa urusan terkait kepindahan nona. Saya baru bisa kembali hari ini.” Kelly memang pergi tanpa pamit pada Hailee karena ia tidak bisa mengganggu pertemuan manis Hailee dengan ayahnya semalam. Ia terpaksa pergi dan meninggalkan Hailee yang memang ia tahu pasti dalam keadaan perut kosong. “Ya.” Jawab Hailee singkat. Kelly sudah maklum dengan jawaban singkat yang selalu nona mudanya berikan. Terlebih nona mudanya tidak terlalu meminta hal yang mungkin memberatkannya. Setidaknya untuk kali ini. Hailee kembali melangkahkan kakinya menuju kamar seperti yang akan ia lakukan tadi dan segera menyibukkan diri dengan beberapa buku bacaan membosankannya. Hailee menutup pintu kamarnya dengan terburu dan segera membuka segala perhiasan yang selalu ia pakai jika ingin keluar dari persembunyiannya. Ditengah ia membuka jaket ber hoodi kebesaran yang ia kenakan, Hailee mendengar suara anak kecil yang tertawa riang di arah balkon kamarnya. Suaranya terdengar begitu bahagia bersama tawa seorang lelaki dewasa. Hailee menghampiri sumber suara yang ia dengar dari balik balkon kamar. Suaranya terdengar dari arah taman belakang. Hailee tidak berani keluar dari kamarnya dan melihat dengan jelas asal suara. Hailee melongokan kepalanya melalui tirai yang teretutup dari balik jendela, berharap ia bisa melihat dengan jelas suara orang-orang yang tertawa begitu keras itu. Hailee tetap tidak bisa melihat dengan jelas dan menyerah. Hailee kembali masuk dan memilih buku bacaan yang ingin ia baca untuk hari ini. dalam sehari, Hailee mampu membaca 5 buku. Bahkan jika ia tidak bisa memejamkan matanya, Hailee mampu membaca buku lebih dari itu. Beberapa buku yang ia baca sebagian ia dapatkan sendiri dan sebagian ada yang ia dapatkan atas pilihan dari Kelly karena hanya tersedia offline. Hailee sebenarnya berharap ia bisa memilih-milih sndiri buku bacaannya di toko buku atau sekedar meminjam buku di perpustakaan kota. Namun tentu saja itu adalah hal yang mustahil baginya. Suara orang-orang yang tengah bermain terus mengganggu telinganya dan membuatnya tidak fokus. Hailee kembali mencoba melihat lagi asal suara itu di balik gorden kamarnya meski tadi ia tak mendapati hasil. Masih tidak terlihat. Hailee mencoba memberanikan diri untuk keluar dan melongokan kepalanya kebawah. Berharap tak ada seorang pun yang menyadari bahwa ia sedang mengintip mereka. Terlihat. Adam bersama dengan Jeff tengah bermain sepak bola di bawah sana. Mereka terlihat begitu lepas dengan senyum lebar di bibir mereka. Tanpa disadari oleh Hailee, ia menarik sudut bibirnya keatas hingga membentuk suatu senyuman manis di bibirnya. Tawa bahagia dari Adam ternyata menularkan senyuman pada Hailee. Adam yang tengah bermain bola dengan Jeff mengalihkan pandangannya pada Hailee yang tengah tersenyum pada mereka. “Kak, ayo turun!” teriak Adam dan melambai-lambaikan tangannya ke arah Hailee. Teriakan Adam menyadarkan Hailee dan segera menarik kembali kepalanya. Sementara Jeff yang melihat Hailee tersenyum sebelum pergi menyembunyikan diri lagi tersenyum miring Jantungnya terasa begitu berdetak cepat. Meski ia sudah hati-hati.agar tidak terlihat, tetap saja anak itu menemukannya yang tengah mengintip melihat mereka bermain. Hailee segera memasuki kamarnya kembali dan menutup rapat pintu balkon serta gorden kamarnya. Hailee berhambur naik ranjangnya dan menyelimuti dirinya dengan selimut. “Kakak itu kenapa selalu kabur? Apa dia tidak suka melihatku?” tanya Adam polos. Adam sangat senang ketika Jeff mengajaknya tinggal bersama di mansion besar dan memiliki kebun belakang yang begitu luas ini. Adam adalah anak malang yang harus kehilangan orang tuanya karena kecelakaan beruntun beberapa bulan lalu. Adam ikut menjadi korban dalam kecelakaan itu, namun ia beruntuk karena hanya mengalami beberapa luka saja. nasib tragis justru menimpa orang tuanya dan mengharuskan Adam tumbuh menjadi anak tanpa orang tua. Adam adalah anak yang cerdas. Ia tidak bersedih dalam waktu yang lama karena dengan cepat Jef hadir untuk selalu menghiburnya meski ia harus rela ditinggalkan bersama para pegawai mansion ini. “Tidak. Dia hanya belum terbiasa bertemu orang baru,” Jawab Jeff dan melemparkan bola pada Adam. “Ayo kita masuk. Tugas kita selesai hari ini.” Jeff menuntun Adam masuk kembali kedalam mansion dan menatap balkon kamar Hailee dengan tersenyum. “Aku akan mendekatimu secara perlahan. Tunggu saja.” bisik Jeff pelan.   Suara ketukan kamar Hailee terdengar dan sebuah suara ikut menyusulnya. “Nona, ada yang harus saya beritahukan kepada anda.” Kelly menatap pintu kamar Hailee dengan pandangan harap. Pada jam siang seperti ini, ia tahu nona mudanya pasti tengah sibuk membaca buku kesukaannya dan terkadang nona mudanya tidak bisa diganggu. Suara deritan pintu terbuka dan menampilkan seorang gadis dari balik pintu dengan wajah yang tersembunyi dibalik rambutnya yang tergerai. “Bolehkah saya masuk nona?” Kelly meminta izin terlebih dahulu pada Hailee untuk masuk lebih dalam ke kamar pribadi Hailee. Hailee memberikan ruang agar Kelly dapat masuk kedalam kamarnya. Hailee melirik keluar kamar untuk melihat keberadaan dua orang yang tadi tengah bermain bola. Tidak ada siapapun. Mungkin kedua orang itu sudah bermain di tempat yang berbeda, karena beberapa saat yang lalu ia tak mendengar suara tawa dari Jeff dan Adam di bawah balkon kamarnya. “Semalam, tuan Rowman memberitahu saya bahwa akan diadakan pesata penyambutan nona di rumah ini.” Kelly membuka tablet yang sejak tadi ia bawa di tangannya. “Ayah tahu aku tidak suka pesta.” Hailee berucap lirih dan membuat Kelly menatapnya. Kelly tahu benar, nona mudanya itu memang tidak akan pernah suka dengan pesta macam apapun. Namun entah mengapa tuan Rowman tetap menginginkan pesta digelar. “Maaf, nona. Saya sudah memperingatkan tuan akan itu, tapi tuan tetap menginginkan nona hadir juga dalam pesta yang akan di gelar dua hari dari sekarang.” Jelas Kelly. Ia cukup prihatin dengan keadaan nona mudanya, namun ia hanya seorang pegawai yang harus mematuhi setiap perkataan atasannya. “Ayah tahu benar aku tidak akan pernah menghadiri acara apapun.” Ucap Hailee seolah sedang berbicara sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN