Part 18

1621 Kata
Jeff melewati para wartawan dan menghampiri Dr. Isabel. Kemudian ia mendekat dan berbisik di telinga Dr. Isabel, “Aku akan menganggap ini sebagai perang jika kau tidak mengusir para tikus kecil itu.” Dr. Isabel tak lagi berkutik mendengar ancaman Jeff. Tidak. Ia tidak takut. Ia hanya mengkhawatirkan reputasinya di depan para wartawan yang ada disana. Lebih baik ia mati daripada reputasinya rusak. “Baiklah. Maaf atas kekacauan dan waktu kalian yang terbuang, sepertinya Hailee juga sedang tidak berada di mansion. Tadinya aku hanya ingin memberinya sedikit terapi kecil. Aku akan memberi kompensasi pada kalian, aku akan menghubungi kalian jika Hailee sudah siap untuk diwawancara. Mari silahkan.” Dengan senyuman hangat Dr. Isabel menuntun para wartawan untuk keluar.   Jeff berdiri dengan masih tegap di ujung tangga mansion tempat Dr. Isabel berdiri tadi. Ia menatap tajam ke arah Dr. Isabel yang juga menatapnya dengan tatapan yang siap menyerang Jeff. Bahkan Jeff tak ada setitik pun ketakutan melihat Dr. Isabel yang seperti akan menerkamnya. Jika saja Dr. Isabel bukan adik dari Rowman Goulding, ia bisa lebih cepat menyingkirkan ular betina yang terus menggerogoti keluarga dari wanita yang paling ia cintai. “Bukankah sudah kukatakan, kau itu hanya perlu menjaga Hailee saja. Aku tahu kau adalah seorang Steinfield dan ayahmu adalah teman baik dari kakaku, tapi Hailee adalah keponakanku dan dia adalah pasienku. Aku rasa tugasmu sudah jelas, walaupun aku tidak mengerti mengapa seorang Steinfield mau menjadi bodyguard.” Racau Dr. Isabel dan dengan sekuat tenaga ia menahan amarahnya karena merasa sudah dipermalukan oleh anak muda yang bahkan tidak ingin ia kenal. Jeff melangkahkan kakinya beberapa langkah dihadapan Dr. Isabel yang terlihat seperti akan lepas kendali, bibirnya bahkan bergetar dengan gigi bergemeretak membuat Jeff semakin ingin mempermainkan egonya. Jeff tertawa kecil dengan tangan kanan yang menutup mulutnya seakan menahan tawa membuat Dr. Isabel semakin geram. “Ah, maaf nyonya. Aku tidak bisa menahan tawaku,” Jeff menegakkan kembali badannya yang sedikit membungkuk karena tertawa kecil mengejek Dr. Isabel dan tersenyum miring menatap Dr. Isabel. “Seperti yang anda katakan, tugasku adalah menjaga Hailee, termasuk dari psikopat berdarah dingin. Oh bukan anda tentu saja. Sepertinya tuan Rowman sudah datang, mari kita sambut.” Jeff pergi meninggalkan Dr. Isabel yang terus mengeratkan genggaman tangannya sampai jari jemarinya terlihat memutih. Dr. Isabel berjalan menuju sofa dan merapihkan dirinya, ia tahu kakaknya pasti akan memarahinya setibanya disana.   Rowman Goulding keluar dari mobilnya, secepatnya ia memasuki mansion. Ia tidak mengerti mengapa tanpa sepengetahuan dirinya, Isabel mengundang para wartawan untuk mewawancarai Hailee. Ia tahu Isabel adalah dokter psikolog Hailee, tapi apa ia harus senekad itu?! Jeff keluar dari dalam mansion dan menghampiri Rowman Goulding. “Dimana Hailee?” tanyanya langsung. “Hailee sudah aman di rumah belakang.” “Isabel?” “Didalam paman.” Rowman Goulding semakin mempercepat langkah kakinya. Rowman melihat keberadaan Isabel, dan dengan wajah penuh amarah ia menunjuk Isabel. “Kau tunggu disini!” Rowman kemudian pergi menuju ke rumah belakang, tempat dimana Hailee berada. Ia lebih mengkhawatirkan Hailee, putrinya. Bahkan saat pesta saja ia meminimalisir orang yang hadir. Hailee hadir hanya untuk diperkenalkan sesaat, setelahnya Hailee tak pernah kembali lagi ke pesta. Rumah belakang yang memang berada jauh dari rumah utama, membuat Rowman terus berlari berharap segera memeluk putrinya dalam keadaan baik-baik saja. Beberapa lama kemudian, ia sampai di rumah belakang. Ia melihat penjaga berseliweran di sekeliling rumah belakang, mereka menyambut kedatangannya dengan menundukkan sedikit kepalanya, hormat. “Hailee...Hailee...” setibanya disana, Rowman mencari-cari keberadaan Hailee dan memanggil-manggil putrinya tak henti. Dari belakangnya, Jeff memanggil Rowman dan menunjukkan keberadaan Hailee yang ternyata berada di dalam kamar Adam bersama Adam dan Briana. Disana, Kelly juga bersama mereka. Entah karena Adam yang pandai membuat suasana mencair atau kini Hailee tak terlalu takut dengan adanya wartawan, Hailee terlihat baik-baik saja. Tidak terlihat bahwa tadi Hailee sempat ketakutan mendengar kebisingan yang diakibatkan Dr. Isabel. Jeff yang sudah membukakan pintu kamar, dengan sopan mempersilahkan Rowman untuk masuk. “Ayah!” Hailee segera berlari memeluk Rowman yang kini urat-urat ketegangan dalam wajahnya sudah memudar melihat keadaan putrinya yang baik-baik saja. Rowman menyambut Hailee yang berlari ke arahnya, “Hailee, My Princess! Syukurlah kau baik-baik saja, Nak.” Rowman memeluk Halee dengan erat. Rowman dan Hailee sedikit berbncang kecil dan menceritakan bagaimana ia bisa berada disana hingga bagamana ia bisa dekat dengan Adam dan Briana. Rowman terlihat tak terkejut mendengar cerita Hailee, karena ia sudah tahu lebih dulu karena laporan dari Jeff dan Kelly, namun ia tak menyangka bahwa apa yang ia lihat sekarang adalah Haileenya yang baru. Putri kecilnya yang tak terlihat selalu bersedih seperti dulu, bahkan ia bisa melihat sinar kebahagiaan di wajah putrinya. Tak ada lagi sweater hoodie yang selalu dipakainya saat bertemu dengan orang lain. Rowman meninggalkan Hailee bersama Adam, Briana dan Kelly. Urusannya dengan Isabel belum selesai. Ia mengerti adiknya itu adalah dokter psikolog putrinya, namun ia tidak habis pikir dengan keputusan sepihak Isabel.   Tak ada gurat rasa bersalah di wajah Isabel. Justru ia kesal karena niatnya harus gagal karena ulah Jeff dan kedatangan kakaknya semakin membuat moodnya buruk. Ia bahkan menyenenandungkan lagu dengan suara kecil saat ia menunggu kakaknya di ruang tamu. Isabel menggoyang-goyangkan kaki kirinya yang ia tumpukan pada kaki kanannya. Isabel juga memainkan kuku-kukunya yang ia hias dengan kuteks berwarna red wine. Memperlihatkan sisi misterius dari dirinya. “Bisa kau jelaskan sekarang?” tanya Rowman tanpa merasa perlu basa-basi setelah duduk di sofa single berdekatan dengan sofa yang diduduki oleh Isabel. “Kupikir kau sudah memberikan kuasa penuh padaku atas semua keputusan yang kuambil.” Kilah Isabel. “Aku memang menunjukmu sebagai dokter pribadi Hailee, tapi tidak memberimu kebebasan atas semua keputusanmu yang mengatas namakan kebaikan Hailee.” Isabel menyeringai kecil, “Tidakkah kau melihat Hailee sudah bisa bergaul dengan orang lain tanpa rasa takut lagi?! apa kau juga bisa melihat bagaimana Hailee juga bisa dekat dengan si pewaris Steinfield?” Rowman mengangkat alis kirinya sedikit kaget. “Ups, maaf. Tadinya aku ingin pura-pura tidak tahu, tapi aku tidak tahan karena ia sedikit lancang.” “Lagipula aku tidak berniat merahasiakannya dari siapapun. Kupikir tidak ada yang tidak tahu siapa Jeff. Dia hanya tidak suka tampil di publik,” Rowman berdiri dan memasukkan kedua tangannya di saku celana. “Ini peringatan pertama dan terakhir untukmu. Aku harap ini tidak terjadi lagi. Aku harus menemui Hailee, dan menenangkannya.” Secara tidak langsung, Rowman mengusir Isabel. Rowman juga tidak menunggu Isabel untuk pergi. Rowman meninggalkan Isabel tanpa perlu menawarkannya untuk lebih lama lagi tinggal disana, atau menawarinya minum. Isabel menggertakkan giginya hingga terlihat bibirnya bergetar menahan amarah. Sesaat kemudian kepalanya melakukan gerakan involunter. Kepalanya bergerak-gerak tak terkendali, Isabel menggerakkan kepalanya ke kiri ke kanan seperti terkena tremor. Isabel pergi dengan jemari memutih yang  masih menahan kesal pada pada kakaknya, terutama Jeff yang amat sangat membuat ia terganggu. Isabel telah ditunggu oleh asisten pribadinya di dalam, Caitlin. Saat ia menunggu lampu merah di jalanan, kucing yang berada di jalanan mengalihkan perhatian Isabel. Kucing yang ia tatap dengan tajam, mengeong sepeti sadar bahwa ada manusia yang memperhatikannya di balik kaca mobil. Isabel kemudian menyeringai dengan menggerakkan kepalanya melihat kucing jalanan yang sudah pasti tak memiliki majikan. “Caitlin. Kasihan sekali kucing itu, aku ingin membawa kucing jalanan itu,” tunjuknya pada kucing jalanan yang terlihat kurus kelaparan. “Menyedihkan, aku tidak tega membiarkan dia hidup dijalanan. Aku ingin membebaskannya.” Caitlin melihat aura tak enak pada atasannya ini. Meski di usia yang tak muda lagi, namun Isabel mampu memberikan aura mengerikan yang terkadang membuat bulu kuduk Caitlin meremang ngeri. Bahkan target kepuasan hasratnya pun terkadang berubah-ubah. “Baik, nyonya.” Caitlin memberikan perintah pada seorang pria yang duduk didepan mereka untuk segera membawa kucing malang yang diinginkan oleh Isabel. Kemudian, kucing itu ia serahkan pada Isabel yang sudah berbinar menatap kucing menyedihkan itu. Kucing berwarna orange itu meronta namun tak berdaya dengan kekuatan manusia yang tak sebanding dengannya itu. Isabel menerima kucing yang sedari tadi tak lepas ia tatap. Isabel mengelus kepala si kucing orange tanpa merasa jijik. “Ouh sayang, kau pasti kesepian. Kau kelaparan kan selama hidup di jalanan, hemm?! Aku akan membebaskanmu dari tidak adilnya dunia padamu.” Isabel kemudian mencuminya penuh rasa sayang. Oh percayalah, kucing itu sangat mengkhawatirkan dan kotor tak terawat. Mobil yang mereka tumpangi segera melaju begtu lampu hijau terlihat. Tak ada yang berani melihat apa yang dilakukan oleh Isabel. Hanya terdengar suara kucing yang terus mengeong kesakitan. Kucing yang sudah dipangkuannya tak juga berhenti mengeong, kucing itu terus memberontak karena Isabel juga semakin keras memegangi kucing yang mungkin saja lepas jika genggaman tangannya ia renggangkan. Semakin lama, suara kucing yang tak henti memberontak itu menganggu telnganya hingga kuku-kuku Isabel semakin menancap pada kulit si kucng yang semakin keras bersuara. Semakin lama, suara kucing itu semakin merendah. Membuat semua orang yang ada didalam mobil menegang dengan raut tak terbaca, kecuali Caitlin yang tetap memasang wajah datarnya. Meski sudah terbiasa, tetap saja dua orang yang berada di kursi bagian depan selalu merasa ketakutan jika tuan mereka sedang dalam mood yang kurang baik. Jemari Isabel yang semula putih mulus tak ada cela, perlahan terlihat cairan merah kental yang menyelimuti tangan mulusnya yang sudah terlihat sedikit kerutan. Cairan merah yang berasal dari kucing jalanan itu perlahan melumuri rok yang dipakai oleh Isabel. “Ah! Kucing menjijikan!” hardik Isabel seraya menyerahkan kucing yang kini sudah tak memiliki tenaga itu kepada Caitlin. Kemudian Isabel membawa gunting yang terletak di kantung jok depan. Isabel mengambil kembali kucing jalanan itu. Tanpa sedikit pun rasa kasihan, Isabel menusuk kucing jalanan itu hingga terdengar suara terakhir dari kucing malang itu. Ia kemudian memutarnya perlahan, “Ini akan sedikit menyakitkan, tapi kau harus menahannya sebentar karena kau tidak akan merasa tidak adil lagi setelah ini.” Isabel menyeringai puas setelah kucing jalanan itu terkulai tak bernyawa.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN